Ahad 26 Jun 2016 11:30 WIB

Indonesia akan Pasarkan Buah Tropis ke Selandia Baru

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Beragam buah-buahan.
Foto: pexels
Beragam buah-buahan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah Indonesia berupaya untuk meningkatkan akses pasar produk-produk pertanian Indonesia ke Selandia Baru, khususnya buah-buahan tropis guna meningkatkan kinerja ekspor. Hal ini dilakukan untuk mengurangi defisit neraca perdagangan dengan Selandia Baru. Upaya tersebut dibahas dalam pertemuan  The 5th Senior Official’s Meeting on Trade and Investament Framework (SOMTIF) ke-5 di Wellington, Selandia Baru.

"Pertemuan ini merupakan upaya konkret kedua negara untuk menaikkan neraca perdagangan melalui peningkatan akses pasar produk-produk pertanian Indonesia, khususnya buah-buahan tropis," ujar Direktur Perundingan Bilateral Ditjen Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Djatmiko Bris Witjaksono, dalam siaran pers, Ahad (26/6).

Pertemuan tersebut juga untuk memperluas kerja sama di berbagai bidang, seperti pertanian, energi, lingkungan hidup, pendidikan, pariwisata, perhubungan udara, keamanan pangan, serta pembukaan akses pasar untuk tenaga kerja Indonesia. Forum SOMTIF merupakan salah satu sarana meningkatkan hubungan ekonomi Indonesia dan Selandia Baru, khususnya di bidang perdagangan dan investasi, yang dilakukan secara berkelanjutan. Pembukaan akses pasar produk pertanian ke Selandia Baru diharapkan dapat memenuhi target Pemerintah Indonesia dan Selandia Baru untuk mencapai nilai perdagangan Rp 40 triliun dari periode 2014 hingga 2024.

"Kedua negara sangat yakin bahwa target perdagangan tersebut dapat dicapai melalui pertemuan-pertemuan yang intensif, misi dagang, serta realisasi potensi kerja sama lain dalam upaya mendukung perdagangan dan investasi," kata Djatmiko.

Pada SOMTIF ke-5 ini juga telah dilakukan pertemuan dengan beberapa pelaku bisnis Selandia Baru untuk saling bertukar pandangan dan pendapat mengenai perkembangan hubungan perdagangan dan investasi di kedua negara. Menurut Djatmiko, Business Council sangat diperlukan para pelaku bisnis kedua negara sebagai wadah penyampaian hambatan perdagangan dan investasi, penampung aspirasi, pendapat, dan inisiatif dari para pelaku bisnis. Dari pembahasan tersebut nantinya memberikan rekomendasi kepada pemerintah kedua negara sehingga dapat meningkatkan hubungan perdagangan dan investasi.

Ketua Delegasi Selandia Baru Martin Harvey mengungkapkan, pelaku usaha Selandia Baru sangat mengapresiasi atas perubahan Daftar Negatif Investasi (DNI) yang lebih terbuka untuk penanaman modal. Diharapkan Perpres tentang DNI yang baru diterbitkan dapat membuat proses investasi lebih mudah dan memberikan kepastian perlindungan lebih terhadap investor.

Dalam pertemuan ini, kedua negara juga saling bertukar pandangan mengenai perkembangan berbagai fora perundingan bilateral, regional, maupun multilateral, seperti perundingan FTA dengan Uni Eropa,  ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA),  dan Trans Pacific Partnership  (TPP).

SOMTIF digagas sejak 2005 pada kunjungan presiden Indonesia ke Selandia Baru dan ditindaklanjuti dengan kunjungan perdana menteri Selandia Baru ke Indonesia pada 2007. Pada 2007, menteri perdagangan kedua negara menandatangani suatu kerangka kerja untuk meningkatkan perdagangan dan investasi antarkedua negara. Pertemuan pertama dilaksanakan pada 14-15 Juli

2008 di Wellington dan dilaksanakan secara bergantian di kedua negara.

Tren perdagangan Indonesia-Selandia Baru selama lima tahun terakhir meningkat sebesar 0,97 persen. Total perdagangan kedua negara pada 2015 sebesar 1,07 miliar dolar AS. Sementara itu, nilai ekspor Indonesia pada 2015 sebesar 436,25 juta dolar AS atau turun 9,38 persen bila dibandingkan pada 2014 yang sebesar 481,42 juta dolar AS. Sedangkan impor Indonesia dari Selandia Baru pada 2015 sebesar 637 juta dolar AS, turun 23,81 persen dibandingkan pada 2014 yang sebesar  836,04 juta dolar AS. Dengan demikian, Indonesia masih mengalami defisit neraca perdagangan sebesar 200,76 juta dolar AS.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement