REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani melakukan pertemuan dengan 10 perusahaan di Shanghai, Cina, Jumat (17/6).
Ke 10 perusahaan yang ditemui itu terdiri dari beberapa sektor yakni farmasi, pembangkit listrik, industri pemanis buatan, otomotif serta perbankan.
"Ini sekarang kami bertemu dengan perusahaan dengan skala-skala besar. Nilai investasinya cukup signifikan," kata Franky dalam siaran pers di Jakarta, Jumat (17/6).
Salah satu perusahaan yang diagendakan bertemu adalah perusahaan pembangkit listrik Cina yang telah memiliki join venture dengan PT Pembangkit Jawa Bali untuk membangun pembangkit listrik berkapasitas 2x1.000 MW serta join venture dengan swasta nasional untuk membangun pembangkit listrik berkapasitas 2x300 MW.
"Total investasi mereka mencapai 2,7 miliar dolar AS. Keduanya merupakan proyek penting untuk mendukung program pembangunan pembangkit listrik 35 ribu MW," tambahnya.
Franky menjelaskan pertemuan yang dilakukan itu bertujuan untuk menyampaikan perkembangan-perkembangan terkini menganai peraturan maupun potensi investasi di Indonesia. "Contohnya terkait farmasi dengan adanya Perpres Nomor 44 tahun 2016 tentang Daftar Negatif Investasi, di mana regulasi di sektor farmasi lebih terbuka untuk investor," ujarnya.
Menurut Franky, dari regulasi sebelumnya, industri bahan baku farmasi yang maksimal 85 persen asing, kini terbuka hingga 100 persen untuk asing.
"Dengan lebih terbuka, diharapkan mempermudah investor untuk masuk dan menanamkan modalnya di sektor tersebut," katanya.
Kunjungan ke Shanghai, yang merupakan pusat bisnis Cina, akan menutup serangkaian pertemuan roadshow yang dilakukan BKPM di tiga kota utama negeri tirai bambu setelah Qingdao dan Hangzhou.
Tiga kota itu merupakan bagian dari roadshow pemasaran investasi yang digelar BKPM di 10 provinsi di Cina. Negeri tirai bambu merupakan salah satu sumber investasi utama bagi Indonesia dengan realisasi investasi sebesar 2,6 miliar dolar AS sejak tahun 2010 terutama di sektor infrastruktur, industri logam, mesin, dan elektronik.
Sejak 2010, tercatat 52,3 miliar dolar AS komitmen investasi asal Cina yang terdaftar di BKPM. Dari data yang dimiliki oleh BKPM, periode triwulan pertama tahun 2016, realisasi dari Cina mencapai 464 juta dolar AS terdiri dari 339 proyek dan menyerap tenaga kerja 10.167 tenaga kerja.Posisi Cina berada di peringkat keempat setelah Singapura, Jepang dan Hong Kong.