REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai tekanan terhadap realisasi investasi di semester II 2020 masih cukup tinggi. Dalam situasi pandemi ini investor sedang menahan diri untuk masuk ke Indonesia.
"Selama kasus positif Covid-19 masih meningkat, daya beli masyarakat turun maka investor akan cenderung mengevaluasi kembali rencana investasi tahun ini," kata Bhima kepada Republika.co.id, Rabu (22/7).
Menurut Bhima, sampai akhir tahun diperkirakan pertumbuhan realisasi investasi akan terkontraksi cukup dalam. Ia memperkirakan, kondisi paling terburuk khususnya akan terjadi pada kuartal III 2020.
Bhima mengatakan, meskipun terdapat pelonggaran yang dilakukan oleh beberapa negara, kondisinya di setiap negara tentu tidak sama. Hal inilah yang menyebabkan pemulihan investasi tidak bisa berjalan dengan cepat.
Sementara itu, Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Yusuf Rendy Manilet menilai dibutuhkan pertumbuhan realisasi investasi hingga 103 persen untuk bisa mencapai target investasi sebesar Rp817,2 triliun hingga akhir tahun. Menurutnya, hal tersebut cukup menantang melihat pertumbuhan periode yang sama di tahun lalu hanya sebesar 14 persen.
"Apalagi di kuartal III tekanan ekonomi akibat pandemi masih akan terasa jadi peluang untuk bertumbuhnya investasi bisa digenjot di kuartal IV namun tentu tidak mudah mengejar target investasi di kisaran waktu tiga bulan saja," kata Yusuf.