Kamis 16 Jun 2016 06:16 WIB

Pengusaha Ungkap Alasan Impor Gula Naik Hingga 92 Persen

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Nur Aini
iIustrasi pertumbuhan industri makanan dan minuman.
Foto: Republika/ Wihdan
iIustrasi pertumbuhan industri makanan dan minuman.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan impor barang konsumsi pada bulai Mei mengalami peningkatan cukup signifikan sebesar 133 juta dolar AS. Golongan barang yang memberikan sumbangsih terbesar dalam impor ini adalah gula dan kembang gula. Bahkan peningkatannya mencapai 92 persen di Mei dibandingkan April 2016. Kenaikan impor ini dinilai karena produksi gula dalam negeri sangat minim.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI) Adhi Lukman mengatakan, peningkatan impor gula dikarenakan industri dalam negeri tengah membutuhkan gula untuk memproduksi makanan dan Minuman menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. Hal ini karena konsumsi masyarakat pada momen ini akan meningkat maka industri pun meningkatkan produksinya.

"Benar (peningkatan impor) karena menjelang Ramadhan," ujar Adhi, Rabu (15/6).

Adhi menjelaskan, peningkatan impor yang mencapai 92 persen pada Mei dikarenakan produksi raw sugar dalam negeri sangat minim. Kekurangan ini akhirnya harus ditutupi dengan impor raw sugar.

"Kita kekurangan gula nasional, sehingga ada tambahan kuota impor raw sugar," ujarnya.

Selain gula dan kembang gula yang‎ nilai impornya naik menjelang bulan Ramadhan, BPS juga mencatat ada kenaikan pada golongan bahan biji-bijian berminyak yang naik 43,1 persen. Serelia (gandum) juga naik 35,4 persen. Sedangkan plastik dan barang dari plastik yang diprediksi sebagai barang penunjang makanan naik 31,2 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement