REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpor menginginkan agar ekspor komoditas pertanian tak hanya mengandalkan dari sektor perkebunan yang saat ini mendominasi kontribusi ekspor. Ia menyatakan, perlu ada diversifikasi produk, khususnya untuk peternakan dan hortikultura.
"Ekspor jangan lagi tergantung komoditas tertentu seperti sawit dan karet. Kita akan lakukan diversifikasi," kata Syahrul kepada wartawan di Kementerian Pertanian, Rabu (20/11).
Ia menyebut, ingin agar produk unggas khususnya yang kerap mengalami fluktuasi harga di dalam negeri bisa di ekspor ke sejumlah negara. Hal itu agar produksi ayam dalam negeri yang mulai mencukupi kebutuhan bisa merambah pasar ekspor. Dengan begitu, kejatuhan harga yang belakangan kerap terulang bisa diminimalisasi.
Selain itu, komoditas hortikultura seperti aneka buah-buahan juga mesti di ekspor. Saat ini, kata Syahrul ada 25 komoditas buah-buahan yang di ekspor.
Ke depan, komoditas lainnya harus bisa masuk ke pasar global. "Saya mau sembilan pintu keluar masuk Indonesia yang dikuasai sektor pertanian harus bisa meningkatkan ekspor," ujar dia.
Untuk program diversifikasi produk ekspor tersebut. Syahrul menegaskan bahwa Kementan harus melakukan perjanjian tertulis lewat memorandum of understanding agar para kepala daerah punya komitmen yang sama.
Ia berpendapat, banyak kepala daerah saat ini yang memiliki pemikiran yang jauh lebih baik daripada pemerintah pusat. Karena itu, mereka harus dilibatkan.
"Saya mau semua uang pertanian yang digelontorkan ke kota dan kabupaten itu ada miliaran. Jadi program-program di lapangan seperti apa itu harus disusun. Saya mau ekspor pertanian bisa meningkat tiga kali lipat," kata dia.
Lebih lanjut, Syahrul menegaskan, peran penyuluh pertanian yang berada di bawah pemerintah daerah harus ditingkatkan kualitasnya. Menurut dia, petani tidak akan maju dan berkembang jika penyuluh yang bertugas mendampingi mereka tidak memiliki kapabilitas yang mumpuni.