REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus dagang Indonesia sepanjang tahun 2021 tembus mencapai 35,54 miliar dolar AS. Capaian itu merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir.
"Harapannya tren ini bisa terus dipertahankan dan ditingkatkan sehingga akan berdampak pada rencana pemerintah terkait pemulihan ekonomi dengan cepat," kata Kepala BPS, Margo Yuwono, dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (17/1/2022).
Margo menjelaskan, total nilai ekspor selama tahun 2021 sebesar 231,54 miliar dolar AS, meningkat 41,88 persen dari nilai 2020 lalu (year on year/yoy) 163,19 miliar dolar AS. Adapun nilai impor pada tahun lalu sebesar 196,2 miliar dolar AS, naik 38,59 persen dari tahun sebelumnya sebesar 141,5 miliar dolar AS.
Lebih detail, ia menjelaskan, ekspor selama 2021 mengalami peningkatan tajam. Baik untuk nilai ekspor keseluruhan maupun secara khusus ekspor non migas. Kinerja ekspor tertinggi tahun 2021 terjadi pada bulan November di mana nilainya tembus 22,84 miliar dolar AS.
"Kinerja ekspor tahun ini cukup menggembirakan dan semoga ini kembali terjadi di tahun 2022," kata Margo.
Berdasarkan sektor, ekspor migas mencapai 12,28 miliar dolar AS, tumbuh 48,7 persen secara yoy. Sementara itu di sektor non migas kinerja tertinggi terjadi pada ekspor industri pengolahan di mana nilainya mencapai 177,1 miliar dolar AS atau tumbuh 35,1 persen yoy.
Kinerja terbesar kedua diikuti ekspor tambang dan lainnya senilai 37,9 miliar dolar AS, meningkat 92,15 persen yoy serta yang terakhir ekspor komoditas pertanian, kehutanan, dan perikanan mencapai 4,24 miliar dolar AS, meningkat 2,8 persen yoy.
Secara keseluruhan, ekspor non migas berkontribusi sebesar 94,7 persen dari total ekspor tahun lalu.
Sementara itu dari sisi impor, Margo menerangkan, nilai impor tertinggi terdapat pada bulan Desember yang tercatat 21,36 miliar dolar AS. Sama halnya dengan ekspor, kinerja impor tahun 2021 juga memiliki tren yang tinggi dari tahun sebelumnya.
Dilihat berdasarkan penggunaan barang, impor barang konsumsi mencapai 20,19 miliar dolar AS, naik 37,7 persen yoy. Kemudian impor bahan baku/penolong mencapai 147,3 miliar dolar AS atau naik 42,8 persen serta barang modal sebesar 28,6 miliar dolar AS, meningkat 20,7 persen.
Margo menekankan, kenaikan impor bahan baku/penolong maupun barang modal menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di Indonesia sudah membaik. Sementara itu, kenaikan barang konsumsi telah mencerminkan adanya perbaikan dari daya beli masyarakat selama tahun lalu.