REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan (Mendag) Thomas Lembong mengatakan, tren ekspor pada 2016 perlahan sudah mengalami perbaikan dan terjadi penyusutan. Sampai akhir tahun ini, Thomas menginginkan ekspor berjalan stabil karena pertumbuhan ekonomi global masih belum maksimal.
Thomas menjelaskan, langkah pemerintah untuk menstabilkan ekspor yakni dengan menggenjot perjanjiann perdagangan atau free trade agreement (FTA). Menurutnya, Indonesia terbilang kurang agresif untuk melakukan FTA dibandingkan dengan Malaysia dan Vietnam.
Thomas optimistis, Indonesia bisa mengejar ketinggalan dan merampungkan sejumlah FTA. "Pemerintah fokus pada dua perjanjian dagang yakni dengan Uni Eropa dan Australia," ujarnya di Jakarta, Kamis (12/5).
Pemerintah menargetkan perjanjian perdagangan dengaan Uni Eropa bisa rampung dalam waktu dua tahun ke depan, sedangkan dengan Australia diharapkan bisa selesai pada 2017 mendatang. Thomas mengatakan, Uni Eropa merupakan pangsa pasar yang penting bagi Indonesia karena memiliki jumlah penduduk yang besar yakni 530 juta jiwa dan perekonomian mencapai 17 triliun dolar AS per tahun.
Sementara, selama ini potensi pasar Australia kurang tergarap dengan baik, padahal letak negara tersebut sangat strategis dengan Indonesia. Oleh karena itu, menurut Thomas, pemerintah kedua negara sepakat untuk menjalin kemitraan yang lebih baik di bidang investasi dan perdagangan.
"Perjanjian perdagangan ini bisa dikejar. Dengan rampungnya perjanjian perdagangan tersebut, posisi tawar Indonesia dengan mitra dagang besar di Uni Eropa dan Australia akan membaik, serta dapat membantu terbukanya akses ekspor barang maupun jasa," ujar Thomas.