REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK -- Harga minyak dunia menguat pada Rabu (11/5), dengan kenaikan harga minyak mentah AS mencapai titik tertinggi baru 2016 setelah data resmi menunjukkan penurunan mengejutkan dalam persediaan minyak mentah komersial negara itu.
Departemen Energi AS mengatakan bahwa stok minyak mentah merosot 3,4 juta barel menjadi 540 juta barel pada pekan lalu. Para analis sebelumnya memperkirakan ada kenaikan 750 ribu barel. Sementara itu, persediaan bensin dan sulingan seperti diesel dan bahan bakar pemanas turun lebih besar dari yang diperkirakan.
Matt Smith dari ClipperData menunjukkan bahwa harga minyak sudah naik karena gangguan pasokan akibat kebakaran hutan di wilayah kaya minyak Alberta, Kanada, dan masalah dengan pemberontak serta kebocoran di pipa Shell di Nigeria, produsen minyak terbesar Afrika. "Jadi kita sudah reli lebih tinggi karena itu. Itu sangat mengejutkan," kata Smith.
Harga patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni melonjak 1,57 dolar AS menjadi 46,23 dolar AS per barel, penutupan tertinggi sejak November lalu. Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Juli, patokan harga minyak Eropa, ditutup pada 47,60 dolar AS per barel, naik 2,08 dolar AS dari tingkat penutupan Selasa.
Departemen Energi juga mengatakan bahwa produksi minyak AS turun 23 ribu barel per hari menjadi 8,80 juta barel per hari pekan lalu, turun dari 9,6 juta barel Juni lalu. Produsen-produsen AS, terutama di wilayah minyak serpih, telah mengurangi produkis mereka akibat harga rendah. Perhatian pasar juga berfokus pada penutupan jaringan pipa penting Shell di Nigeria menyusul terjadinya kebocoran. "Harga bahan bakar menarik beberapa dukungan dari penutupan jaringan pipa terbaru di Nigeria, yang telah menggarisbawahi penurunan produksi baru-baru ini karena meningkatnya serangan militan di Delta Niger," kata Tim Evans dari Citi Futures.
Evans mencatat bahwa total produksi OPEC meningkat pada April meskipun terjadi penurunan dalam produksi Nigeria. "Dan sementara pasar mungkin dalam mood fokus pada penurunan produksi, secara keseluruhan pasokan mungkin menjadi cerita lain," kata dia.
Ikuti Whatsapp Channel Republika