REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo mengaku kecewa karena laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2016 hanya 4,92 persen. Angka itu memang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kuartal I 2015 yang tumbuh 4,73 persen. Namun, angka itu lebih rendah dari kuartal IV 2015 yang mencatatkan pertumbuhan 5,04 persen.
Jokowi kecewa karena kementerian dan lembaga belum mampu menggenjot secara maksimal penyerapan belanja modal. Padahal, belanja modal dinilai dapat memacu pertumbuhan ekonomi. Alhasil, tren rendahnya pertumbuhan ekonomi pada awal tahun masih terulang.
"Ini (penyerapan belanja) sudah saya ulang terus, tapi kelihatannya hanya satu hingga tiga kementerian saja (yang bergerak cepat). Yang lainnya entah lupa atau memang terjebak pada rutinitas," ucap Jokowi saat membuka sidang kabinet paripurna, di Istana Negara, Jakarta, Selasa (10/5).
Karena itu, Jokowi kembali mengingatkan kepada kementerian dan lembaga agar meninggalkan kebiasaan lama. Jokowi tidak ingin penyerapan anggaran baru dikebut pada semester kedua.
"Di kuartal kedua, belanja modal dan barang betul-betul harus segera dikeluarkan, dibelanjakan, direalisasikan oleh semua kementerian dan lembaga," ujarnya.
Jokowi mengatakan, belanja modal seperti belanja infrastruktur harus benar-benar dipercepat karena faktanya sektor konstruksi memberikan kontribusi cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal I 2016. "Proyek-proyek infrastruktur, baik di PU (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat--Red) dan juga Kemenhub sejak tanggal 1 Januari 2016 sudah langsung bergerak melakukan pelelangan," ujar Jokowi.
Baca juga: Tender Proyek Diminta Lebih Dipercepat