Selasa 26 Apr 2016 17:07 WIB

Kontraktor Migas Ramai-Ramai Minta Perpanjangan Masa Eksplorasi

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Kapal eksplorasi minyak lepas pantai (ilustrasi)
Kapal eksplorasi minyak lepas pantai (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imbas rendahnya harga minyak dunia membuat sejumlah Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) atau operator minyak dan gas bumi di Indonesia meminta perpanjangan masa eksplorasi. Langkah ini ditempuh untuk menyiasati penurunan penerimaan perusahaan migas nasional yang ikut terpuruk akibat harga minyak dunia tak kunjung beranjak ke harga tinggi.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) IGN Wiratmaja Puja menjelaskan, sepanjang dua tahun belakangan sudah banyak KKKS yang mengajukan sejumlah insentif eksplorasi termasuk perpanjangan masa eksplorasi. Meski begitu Wiratmaja menolak menyebutkan jumlah pasti dan kontraktor mana saja yang mengajukan insentif tersebut.

Ia mengaku, permintaan tersebut sudah diterima dan memang sedang dikaji pelaksanaannya. Dalam memutuskan sejumlah insentif eksplorasi migas, kata dia, memang tidak mudah. Opsi perpanjangan masa eksplorasi misalnya, akan berimbas pada perubahan periode kontrak yang telah disepakati sebelumnya.

"Karena harga minyak yang rendah, banyak KKKS yang revenuenya berkurang dan paling banyak minta tambahan waktu untuk eksplorasi. Masa kontrak juga bertambah juga. Soal perpanjangan eksplorasi, memang efeknya akan kemana-mana makanya masih dibahas. Kontrak juga ikut berubah," ujar Wiratmaja di kantornya, Jakarta, Selasa (26/4).

Penurunan harga minyak dunia memang sangat berdampak bagi industri hulu migas nasional. Kementerian ESDM mencatat, pada 2015 ada empat Wilayah Kerja Migas Non Konvensional (MNK) yang telah ditandatangani. Sedangkan tahun ini baru satu wilayah kerja MNK yang sudah diteken. Rencananya, pada Mei nanti pemerintah akan melelang tiga WK nonkonvensional yakni MNK Batu Ampar, Sumbagsel, dan Raja.

Kegiatan eksplorasi migas juga tercatat terus anjlok sejak 2013 lalu. Padahal, Wiratmaja menilai, kegiatan eksplorasi menjadi ujung tombak untuk menahan laju penurunan produksi yang mencapai 20 persen per tahunnya. Pada 2016 ini, survei seismik 2D baru mencapai 1.110 kilometer. Sedangkan survei seismik 3D seluas 1.133 km2. Angka ini jauh dibandingkan jangkauan eksplorasi 2D pada 2015 lalu yang mencapai 3.934 km dan survei 3D yang mencapai luas 3.347 km2. Bahkan pada 2014, survei seismik 2D mencapai 5.873 km dan survei 3D mencakup 8,541 km2.

"Kita lihat bersama memang dengan harga minyak yang turun efeknya cukup lumayan kita lihat. Persetujuan studi bersama ini kita lihat yang tadinya ada empat (2015), 2016 hanya dua. Ini ada penurunan. Jadi memang ada penurunan dengan harga minyak ini turun, beberapa aktivitas sebelum kontrak terjadi penurunan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement