REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Angkasa Pura (AP) II menargetkan mulai 2017 porsi pendapatan dari jasa non-aero (non penerbangan) mencapai 40-50 persen, meningkat dibanding saat ini yang berkisar 35 persen.
"Peningkatan pendapatan non-aero sejalan dengan beroperasinya Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta pada awal 2017," kata Direktur Utama AP II Budi Karya Sumadi di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (21/4).
Menurut Budi, saat ini komposisi pendapatan perseroan masih didominasi layanan penerbangan (aero) yang mencapai 65 persen.
Ia menjelaskan, jasa non-aero menjadi salah satu daya tarik utama sebuah bandara karena dapat menarik minat para pelancong untuk menikmati fasilitas yang tersedia.
"Bandara Changi Singapura, Incheon Korea Selatan menjadi sangat terkenal dan banyak disinggahi pelancong, selain pelayanan penerbangan juga karena fasilitas non-aero yang sangat baik," kata Budi.
Pada 2016, AP II menargetkan total pendapatan sekitar Rp 7,5 triliun, meningkat sekitar 35 persen dibanding pendapatan tahun 2015. "Setelah Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta beroperasi penuh, porsi non-aero akan lebih maksimal," kata Budi.
Sementara itu, Direktur Komersial dan Pengembangan Bisnis AP II, Faik Fahmi mengatakan, peningkatan non-aero akan diperoleh dari areal komersial di Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta yang luasnya mencapai 70 ribu meter per segi. Areal komersial ini disediakan bagi para tenant yang bergerak jasa layanan pendukung penerbangan dan jasa ritel.
"Jasa ritel berupa restoran, cafe, apparel, bookstore, duty free, dan lainnya yang bertaraf internasional maupun skala lokal," ujarnya.
Menurut Faik, peningkatan jasa non-aero tidak hanya di Bandara Soekarno-Hatta, tetapi juga di genjot di bandara lainnya seperti Bandara Kuala Namu Medan dan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang. Di dua bandara tersebut tambahnya, pendapatan non-euro masih relatif kecil atau berkisar 5 persen, selebihnya pendapatan jasa penerbangan.