REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beras menjadi salah satu komoditas utama yang selalu dijaga pergolakannya oleh pemeritah. Sebab beras menjadi sumber makanan utama yang dibutuhkan masyarakat.
Meski demikian, pemerintah untuk beberapa tahun ke depan, pemerintah nampaknya tidak akan terlalu fokus dalam produksi beras. Gula rafinasi yang selama ini diimpor bakal menjadi fokus lain pemerintah dalam program ketahanan pangan.
"Kita memang fokus untuk meminimalisir kesulitan bahan pangan di sejumlah daerah. Tapi walaupun begitu, kita akan mendahulukan perbaikan produksi tebu dan Gula. Karena ini seharusnya bisa dikendalikan," ujar Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Jumat (1/4).
Darmin menambahkan, saat ini banyak perusahaan milik negara (BUMN) yang berkecimpung dalam produksi maupun pengadaan gula. Sayang hal ini tidak menjamin kebutuhan gula di Indonesia bisa terpenuhi tanpa melakukan impor.
Untuk memenuhi kebutuhan gula ini, pemerintah masih mengkaji sejumlah role model yang bisa dilakukan agar Indonesia tidak harus mengimpor gula dalam jumlah besar.
"Kita masih mematangkan model intinya. Pokoknya kita juga akan utamakan dalam gula," papar Darmin.
Produk makanan dan minuman di Indonesia yang melimpah memang berdampak pada kebutuhan gula. Namun kebutuhan ini gagal ditutupi karena produksi gula yang masih minim. Hasilnya pemerintah melakukan impor gula yang meningkat setiap tahunnya.
Di tahun 2015 saja, pemerintah telah memberikan izin impor gula mentah sebagai bahan Baku industri rafinasi sebesar 3,10 juta ton gula rafinasi atau setara dengan 2,91 ton, dengan realiasai per 12 November 2015 sebesar 2,64 juta ton.
Sementara kebutuhan guka rafinasi di tahun 2016 untuk sektor makanan dan minuman ditaksi bisa mencapai 3,03 juta ton gula rafinasi atau setara 3,23 gula mentah. Jumlah ini dihitung dari alokasi impor pada 2015, ditambah perkiraan perumbuhan kebutuhan sebesar 7 persen.