Jumat 01 Apr 2016 17:01 WIB

Kementerian ESDM Dorong Pengalihan Bahan Bakar Pembangkit Listrik

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Pekerja melakukan pemeriksaan rutin saat gerhana matahari di kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap dan Gas (PLTGU) Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (9/3).
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Pekerja melakukan pemeriksaan rutin saat gerhana matahari di kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap dan Gas (PLTGU) Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (9/3).

REPUBLIKA.CO.ID, GRESIK -- Pemerintah mendorong pengalihan seluruh pembangkit tenaga listrik yang menggunakan bahan bakar minyak (BBM) menuju pembangkit yang memanfaatkan batubara maupun gas. Pengalihan bahan bakar pembangkit dari BBM ke gas dinilai memberi banyak keuntungan, termasuk lebih hemat dari sisi biaya, penggunaan bahan bakar gas juga lebih bersih, dan ramah bagi lingkungan.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menilai, pemanfaatan gas juga menekan polusi yang dihasilkan dari proses pembangkitan.

"Menggunakan bahan bakar minyak menghasilkan polusi bagi lingkungan, sedangkan menggunakan gas meski sama-sama berbasil fosil namun lebih bersih dan ramah lingkungan dan sedikit menghasilkan polusi," ujar Sudirman, melalui rilis resminya, Jumat (1/4).

Mengenai biaya produksi, CEO Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) Iwan Agung Firstanta menjelaskan bahwa secara hitungan sederhana pun terlihat bahwa pemakaian gas jauh lebih irit. Ia merinci, jika menggunakan BBM maka dibutuhkan biaya sekitar Rp 2.200 per kw, sedangkan jika menggunakaan gas sekitar Rp 1.300 per kw atau bahkan bisa lebih rendah lagi yaitu sekitar Rp 1.200 per kw. Belum lagi, pengalihan pembangkit dari BBM ke gas telah menghasilkan penghematan bagi PLN tahun lalu sebesar Rp 15 triliun. Mahalnya biaya produksi tenaga listrik yang menggunakan BBM tersebut membuat Plpemerintah dan PLN berencana menguranginya.

Direktur Jenderal Ketenagakerjaan Kementerian ESDM Jarman juga mengatakan, pemerintah dan PLN sudah berkomitmen untuk mengurangi pembangkit-pembangkit yang menggunakan BBM.

"Tahun 2011 persentase pembangkit yang menggunakan BBM itu 22 persen dan tahun 2014 pembangkit yang menggunakan BBM menyusut menjadi hanya 12 persen,” ujar Jarman.

Tahun 2016 ini, kata Jarman, diharapkan akan terjadi penurunan lagi menjadi sekitar di bawah tujuh persen yang artinya konsumsi BBM di bawah 6 juta kiloliter untuk seluruh Indonesia.

"Meningkatkan pembangkit-pembangkit berbahan bakar nonBBM seperti Pembangkit Listrik Batubara (PLTU), Pembangkit Lisrik Tenaga Gas (PLTGU) merupakan cara pemerintah untuk mengurangi pembangkit berbahan bakar minyak," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement