REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga elpiji bersubsidi di Indonesia termurah di antara negara-negara Asia Tenggara (ASEAN). Sedangkan yang non-subsidi relatif masih terjangkau meski sudah mengikuti harga keekonomian.
Pengamat perlindungan konsumen Indah Suksmaningsih kepada pers di Jakarta, Sabtu (263), justru meragukan pendapat harga elpiji Pertamina termahal di ASEAN karena dirinya lebih percaya informasi harga yang disampaikan Dirjen Migas Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja Puja.
Menurut Indah, harga elpiji subsidi di Indonesia seperti disampaikan Wiratmaja, berada pada kisaran Rp 4.250/kg. Harga ini jauh lebih rendah dibandingkan Malaysia, yakni Rp 6.938/kg dan Thailand Rp 7.000/kg.
Jika dibandingkan India, harga elpiji Pertamina juga lebih rendah. Di negara Asia Selatan tersebut, elpiji subsidi dipatok Rp 5.500/kg. Sementara untuk eliji non-subsidi berdasarkan harga keekonomian, Pertamina mematok harga Rp 7.700-14.200/kg. Bandingkan dengan Filipina, yang sudah memasang harga Rp 24.000/kg, Jepang Rp 20.000/kg, Cina Rp 17.000-21.000/kg, dan bahkan Skotlandia Rp 17.000/kg.
"Bedanya jauh di sini lebih murah," lanjut Indah yang juga mantan Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).
Rendahnya harga elpiji Pertamina, menurut Indah, tak lepas dari efisiensi yang dilakukan BUMN tersebut, termasuk di antaranya, upaya memangkas mata rantai tata niaga yang tak perlu. Dalam hal ini, lanjut dia, Pertamina menindak tegas jika terdapat penyalur yang terbukti nakal yang menyalahi aturan.
Begitu pula dengan kompetitor dalam negeri, ternyata harga elpiji Pertamina juga lebih murah. Dari sekitar empat-lima pemain bisnis lokal elpiji, produk Pertamina juga lebih rendah. Blue Gas misalnya, memasang harga lebih tinggi, yakni pada kisaran Rp 15.000/kg.
Baca juga: Pemkot Bogor Terus Sosialisasi Sistem Satu Arah