REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Lembaga itu menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya ada di kisaran 4,9 persen, turun dari prediksi awal di angka 5,5 persen.
Ekonom Prasetyantoko menjelaskan, prediksi dari IMF dari waktu ke waktu memang cenderung pesimistis. Prediksi yang pesimis ini bukan hanya bagi perekonomian Indonesia, namun juga pada perekonomian global.
"Menurut saya IMF kali ini benar. Ini melihat dari berbagai hal seperti perekonomian global yang berpengaruh pada ekspor yang stagnan," ujar Prasetyantoko dalam acara 'Konsultasi IMF Pasal IV 2015 dengan Indonesia', di kampus Atmajaya, Jakarta, Senin (21/3).
Menurut Pras, sapaan akrabnya, pemerintah memang telah mengeluarkan sejumlah paket kebijakan bahkan hingga paket ke-10. Namun kebijakan ini nyatanya belum memperlihatkan pertumbuhan investasi yang signifikan.
Selain itu, anggaran pembelanjaan pemerintah pun belum tentu bisa mendongkrak pertumbuhan perekonomian hingga akhir tahun. Walaupun pemerintah berencana menaikan anggaran ini, namun cara tersebut dianggap tidak akan begitu efektif.
"Selain itu banyak orang juga meragukan target pajak 2016. Selain itu pajak yang seharusnya dibayarkan tahun ini, ada juga yang dibayarkan tahun lalu. Artinya tidak akan ada penambahan kenaikan pajak yang signifikan," kata Rektor Atmajaya ini.
Dengan prediksi ini, Pras melihat bahwa pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama yang disebut akan mencapai 5,1persen agak sulit dijangkau. Kenaikan mencapai 5,1 persen baru bisa didapat di kuartal tiga dan empat. "Secara keseluruhan saya tidak lihat prospek 2016 ini akan bagus. Ini (pertumbuhan) tidak akan jauh dari 2015," ujarnya.
Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2016 dari 5,3 persen menjadi 5,1persen. Langkah serupa juga dilakukan IMF, lembaga ini memprediksi pertumbuhan Indonesia hanya berada di angka 4,9 persen dari 5,5 persen. Kedua proyeksi tersebut di bawah target pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam Anggaran Pendapatan dan Penerimaan Negara (APBN) yang dipatok 5,3 persen.