REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Pinjama Simpanan (LPS) tengah mengupayakan agar perbankan bisa menurunkan suku bunga dengan sejumlah efisiensi.
Dengan efisiensi yang diawasi langsung oleh OJK, nett interest margin (NIM) perbankan diharap bisa turun 3-4 persen. Penurunan ini diyakini bisa menumbuhkan keinginan nasabah untuk menggunakan bunga kredit yang terjangkau. Menteri Koordinasi (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan, dengan penurunan NIM, pemerintah sedang mengupayakan agar suku bunga kredit berada di single digit.
"Kita berjanji sebulan dari sekarang rencana ini akan bergerak. Artinya sebulan dari sekarang persiapan dan langkah-langkahnya akan jalan. Di akhir tahun kita akan mewujudkan lending rate 9 persen," ujar Darmin di kantornya, Selasa ( 23/2).
Menurut Darmin, pemerintah saat ini telah berani menurunkan tingkat bunga untuk kredit usaha rakyat (KUR) di angka sembilan persen. Dengan penurunan ini diharap bunga perbankan juga ikut turun. Penurunan ini akan dimulai dengan mendorong bunga kredit korporasi (corporate-rate) sampai sembilan persen.
Darmin mengatakan, penyesuaian di tingkat bunga bukan berarti laba akan berpengaruh. Semua hitungan yang dilakukan pemerintah diyakini tidak akan mengubah margin profit di Bank. Namun keuntungan ini akan didapat setelah NIM-nya turun. Walaupun profit perbankan nantinya tidak akan sebesar saat ini. Meski demikian, Darmin menyebut bahwa nilai return on equality (REO) dan return on asset (ROA) perbankan di RI sangat tinggi dibanding negara lain.
"Perbankan kita ROE dan ROA paling tinggi sedunia paling tinggi sedunia. Mungkin, nggak tahu saya masih ada negara lain yang mendekati apa nggak. Itu paling tinggi sedunia. Boleh tinggi tapi jangan paling tinggi dong," pungkas Darmin.
Baca juga: Pemerintah Target Margin Bunga Bank 3 Persen