REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk (BCA) belum akan menaikkan bunga kredit dalam waktu dekat. Presiden Direktur Jahja Setiaatmadja menyebut likuiditas BCA saat ini masih sangat memadai.
"Likuiditas masih banyak, kita sejak Agustus tahun lalu baru naik 0,10 persen untuk deposito jadi belum perlu naik bunga kredit," kata Jahja kepada Republika.co.id akhir pekan lalu.
Jahja optimistis penyaluran kredit BCA bisa tumbuh dua digit tahun ini meski Bank Indonesia (BI) baru saja mengerek suku bunga acuan. Seperti diketahui, BI kembali menaikkan suku bunga acuan 25 bps menjadi 5,75 persen.
Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan, BCA selalu mendukung kebijakan pemerintah, regulator dan otoritas perbankan, dalam hal ini terkait kenaikan suku bunga acuan.
"Keputusan BI menaikkan suku bunga acuan telah mempertimbangkan fundamental ekonomi, dalam rangka mendukung stabilitas nilai tukar rupiah dan memperkuat pemulihan perekonomian nasional," kata Hera.
Adapun suku bunga dasar kredit (SBDK) BCA yang berlaku saat ini antara lain kredit Korporasi sebesar 7,95 persen, kredit Retail sebesar 8,20 persen, kredit Konsumsi - KPR sebesar 7,20 persen dan kredit Konsumsi - Non KPR sebesar 5,96 persen.
Sebagai informasi, total kredit BCA secara bank only naik 13,0 persen yoy menjadi Rp 680,4 triliun per November 2022. Kinerja tersebut sejalan dengan pemulihan yang semakin luas di seluruh segmen kredit dan berbagai sektor ekonomi.
BCA berharap total kredit akan tumbuh di kisaran 8 persen-10 persen di tahun 2022. Kinerja tersebut ditopang oleh likuiditas yang masih memadai dan harapan akan pemulihan ekonomi yang terus berjalan.
"Kami melihat bahwa permintaan kredit diperkirakan masih akan berlanjut seiring dengan meningkatnya permintaan modal kerja untuk membiayai kebutuhan operasional bisnis di tengah inflasi yang meningkat," kata Hera.
Ke depan, BCA senantiasa berkomitmen menyalurkan kredit secara pruden, mengkaji peluang di berbagai sektor, sekaligus mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dengan penerapan manajemen risiko yang disiplin.
Dalam memberikan penyaluran kredit kepada sektor-sektor potensial, BCA selalu mempertimbangkan faktor risk appetite. Terkait risiko kredit, di sembilan bulan pertama tahun 2022, NPL BCA tercatat turun ke 2,2 persen dari 2,4 persen di periode yang sama tahun sebelumnya.