Jumat 12 Feb 2016 13:33 WIB

Berlakukan Liberalisasi Ekonomi, Pemerintah Diminta Buat Regulasi Reinvestasi

Rep: Sonia Fitri/ Red: Nidia Zuraya
Investasi di Indonesia (Ilustrasi)
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Investasi di Indonesia (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Bahlil Lahadahlia menyambut paket kebijakan ekonomi jilid 10 yang baru saja dirilis. Namun ia berharap pemerintah membuat regulasi turunan agar hasil investasi asing yang nantinya masuk direinvestasikan lagi di dalam negeri. 

"Jadi ada belanjannya lagi di dalam negeri, misalnya dari devisa, jangan sampai untungnya dinikmati negara tetangga lagi," kata dia pada Jumat (12/2). Langkah tersebut belum tampak ditunjukkan pemerintah.

Ia juga meminta agar investasi asing yang masuk dapat menggandeng mitra atau pengusaha lokal. Pemerintah harus berperan memfasilitasi jakinan kemitaan tersebut. Hipmi dan para pengusaha bersiap masuk ke sana jika ada kemitraan yang dijalin. "Ini yang belum kelihatan dsri pemerintah, kita tunggu," tuturnya.

Hipmi memantau secara cermat paket kebijakan ekonomi Jokowi secara keseluruhan. Ia mengapresiasi kebijakan pemerintah soal pencoretan beberapa sektor dalam Daftar Negatif Investasi (DNI) agar bisa dimasuki investasi asing. Itu artinya, akan masuk injeksi modal bagi sektor yang membutuhkan. 

Sektor-sektor teesebut di antaranya bisnis storage. "Investasinya kan besar dan berada di kawasan daerah tertinggal, di Kawasan Timur Indonesia (KTI) misalnya," ujarnya. Di kawasan tersebut membutuhkan cold storage tapi pasokan listriknya kurang.

Tampaknya, lanjut dia, di paket jilid 10 pemerintahingin menggairahkan bisnis perikananan di kawasan tertinggal. Ada 100 persen investasi di jalan tol, kita apresiasi karena Indonesia memang kurang modal untuk membuat jalan tol. Secara bisnis pun investasi di infrastruktur butuh waktu yang panjang sebab itu butuh investasi asing. 

Begitu pun dengan industri perfilman tanah air. Indonesia masih butuh transfer pengetahuan dari negara luar, bukan sekadar aliran uang. Ditingkat produksi, lanjut dia, perfilman Indonesia menurutnya sudah bagus. Tapi manajemen bisnis dan permodalannya jelek. 

"Ada juga obat-obatan, harga obat kita mahal sebab investasi di sini masih pada hilir saja," ujarnya. Hipmi berharap perluasan investasi di pengobatan menjangkau hulunya juga supaya menghidupkan industri kimia dan pertanian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement