REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Direktur PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) Iwan Setiawan Lukminto mengatakan, saat ini Sritex sedang membangun pabrik rayon untuk menghasilkan benang. Saat ini, progres pembangunan pabrik Rayon Utama Makmur sudah mencapai 85 persen dan ditargetkan mulai produksi sekitar pertengahan 2016.
"Ditargetkan sekitar Juli atau Agustus 2016 mulai produksi. Fasilitas produksi terdiri dari 2 line dengan total kapasitas 80 ribu ton per tahun," ujar Iwan, Ahad (24/1).
Iwan mengatakan, Sritex berekspansi ke industri hulu karena ingin memperkuat kemandirian sandang nasional. Dengan dibangunnya pabrik rayon tersebut, diharapkan bisa menekan impor bahan baku sebesar 30 persen.
Menurut Iwan, selama ini impor bahan baku mencapai sekitar 50 persen, yang terdiri dari impor rayon sebesar 30 persen dan impor katun 20 persen. Impor bahan baku yang berkelanjutan akan menjadi beban bagi industri tekstil dan produk tekstil (TPT), apalagi saat nilai tukar rupiah merosot terhadap dolar AS.
"Kami bervisi jangka panjang, bukan untuk puluhan tahun tapi bahkan ratusan tahun. Sangat berbahaya jika kita tidak mencukupi kebutuhan bahan baku," kata Iwan.
Iwan menjelaskan, pabrik rayon tersebut dilengkapi dengan pembangkit listrik tenaga uap sebesar 30 mega watt. Selain itu, Sritex juga ikut membangun dan memperbaiki infrastruktur jalan di sekitar pabrik. Nilai investasi untuk membangun pabrik rayon itu mencapai 250 juta dolar AS, dengan luas lahan sebesar 100 hektare.
Menurut Iwan, saat ini total karyawan Sritex mencapai 53 ribu dan diprediksi akan bertambah seiring dengan pengembangan usaha di lini garmen maupun rayon. Dia mencontohkan, anak usaha Sritex yakni Jaya Perkasa saat ini membutuhkan sekitar tujuh ribu tenaga kerja. Iwan mengatakan, Sritex mendukung upaya pemerintah dalam mendorong dan memberi kemudahan bagi industri yang menyerap tenaga kerja massal.
"Setiap hari ada sekitar 75 sampai seratus orang pelamar kerja datang kepada kami. Hal ini merupakan wujud bahwa tekstil menciptakan lapangan kerja secara riil," ujar Iwan