REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Properti diharapkan menjadi sektor yang akan mendorong kinerja bursa saham tahun depan. Sentimen positif juga akan lebih tergerak jika nantinya suku bunga Bank Indonesia (BI) diturunkan.
Analis LBP Enterprises Lucky Bayu Purnomo mengatakan, saat ini rata-rata proses kepemilikan properti masih menggunakan metode pembayaran melalui kredit perbankan. Salah satunya skema Kredit Kepemilikan Rumah (KPR).
"BI rate yang sebesar 7,5 persen ini yang tertinggi di Asia. Apabila turun diharapkan memberi sentimen positif bagi sektor properti," tutur dia, Kamis (30/12).
Sejak akhir 2013, menurut dia kinerja sektor properti masih berada pada kondisi tren kenaikan, meskipun sempat mengalami koreksi pada awal 2015.
"Kemudian trennya menguat kembali dan tetap berada dalan tren perbaikan dan pertumbuhan," papar dia.
Senentara, PT. Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksikan prospek sektor properti akan negatif tahun depan. Meski ini kemudian teratasi pada periode jangka menengah yang kembali stabil.
Analis Pefindo, Niken Indriarsih memaparkan tantangan yang nantinya akan dihadapi sektor ini di antaranya akibat perlambatan ekonomi sepanjang 2015. Ini berdampak pada penurunan daya beli.
Fluktuasi nilai tukar rupiah terkait pinjaman dalam mata uang asing juga menjadi faktor negatif. Kebutuhan atas modal kerja yang lebih tinggi akibat dari in-house financing juga menjadi tantangan bagi sektor ini. Hal ini dapat memberi tekanan pada struktur modal dan juga proteksi arus kas perusahaan properti.
"Perlambatan penjualan marketing pada 2014-2015 dapat berakibat pada kinerja perusahaan pada paruh kedua 2016-2018," kata dia menjelaskan.
Namun, potensi permintaan yang stabil disertai meningkatnya masyarakat kelas menengah menjadi faktor tumbuhnya sektor ini. Akselerasi pembangunan infrastruktur oleh pemerintah juga dapat meningkatkan kualitas aset dari perusahaan properti.
"Kemudian ekspektasi adanya penurunan tingkat suku bunga terkait dengan pinjaman KPR," ujar Niken.