REPUBLIKA.CO.ID, BONTANG -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka peluang seluas-luasnya bagi investor asing untuk berinvestasi di sektor industri berat di Indonesia. Salah satunya, menurut Presiden, adalah industri pupuk.
"Investasi arus modal untuk BUMN saya berikan keleluasaan untuk bisa bekerja sama., dengan catatan ada kalkulasinya," kata dia seusai acara peresmian Pabrik Pupuk 5 milik PT Pupuk Kaltim pada Kamis (19/11).
Jika pembiayaan dalam negeri tidak bisa diupayakan, maka bisa bekerja sama dengan asing. Sebab yang terpenting pasokan pupuk terpenuhi.
Presiden juga menyambut baik langkah modernisasi di bidang pupuk yang dilakukan PT Pupuk Indonesia. Pada 2015, kebutuhan urea sebanyak 6,7 juta ton dan akan terus meningkat seiring bertambahnya lahan persawahan yang tengah diupayakan pemerintah. Modernisasi akan membuat produksi pupuk meningkat tapi tetap dengan biaya dan energi efisien.
Ia melihat pembangunan pabrik pupuk di Bontang aman. Sebab sumber energi non gas, alias batu bara tersedia di sana sini. Tapi ada masalah lain, yakni harga gas dalam negeri lebih mahal dari pada gas luar. Hal tersebut harus dicarikan solusinya sehingga setiap keputusan memberi solusi dan efisiensi untuk BUMN.
"Industri berat harus masuk sini, saya sampaikan ke gubernur, disiapkan lahan minimal 2 ribu untuk Bappenas mendorong kawasan industri berat seperti ini," tuturnya.
Efisiensi juga harus diberlakukan bagi kawasan industri yang terintegrasi. Tidak hanya pupuk, tapi juga produk turunannya seperti amonium nitrat.