REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sumber pembiayaan yang murah dinilai menjadi pendorong utama agar sektor industri memiliki daya saing. Hal itu diungkapkan Menteri Perindustrian Saleh Husin dalam rapat koordinasi Bank Indonesia dengan Pemerintah Pusat dan Daerah di Yogyakarta, Jumat (13/11).
Saleh Husin menyatakan, pengembangan sektor industri agar berdaya saing salah satunya didukung ketersediaan pembiayaan dengan bunga kompetitif. Menurutnya, jika dibandingkan dengan negara tetangga kita, bunga bank Indonesia tidak kompetitif. Misalnya, bunga bank di Singapura hanya 4-5 persen dan Malaysia 5-6 persen.
"Kan harus tidak harus lebih murah, tetapi kompetitif. Kalalu enggak, akan pilih pinjam dari luar," jelasnya kepada wartawan seusai Rakor.
Selain itu, untuk mengembangkan industri agar tumbuh salah satunya dengan ketersediaan energi dengan harga yang kompetitif. Selain itu, ketersediaan infrastruktur seperti pelabuhan laut maupun udara serta infrastruktur untuk energinya.
Saleh menambahkan, pemerintah berkomitmen secara bertahap akan mengurangi impor bahan baku. Sebab, selama ini bahan baku untuk industri kebanyakan masih impor, sekitar 60-70 persen. Nantinya, secara bertahap akan dikurangi, dengan menumbuhkan industri dalam negeri penghasil bahan baku yaitu industri hulu maupun intermedien.
Selain itu, juga mengurangi ekspor barang mentah dengan melakukan hiliriasi, baik industri agro maupun industri tambang. "Untuk industri agro, dari CPO kita lakukan hilirisasi salah satunya dengan biodiesel yang 20 persen. Ini dengan sendirinya mengurangi ekspor CPO mentah," ucapnya.