Selasa 10 Nov 2015 13:43 WIB

Pengusaha Bank Syariah Dinilai Pragmatis

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Nur Aini
Bank Syariah
Bank Syariah

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Praktek Islami di bank syariah dinilai belum seluruhnya terlihat. Rektor Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Tazkia Syafi'i Antonio mengungkapkan, tidak semua pemilik bank syariah bisa disebut shalih dan memberi target pada karyawannya sehingga aplikasi nilai Islam kadang tak terlihat.

''Para pengusaha juga sangat pragmatis, tidak ada kesabaran untuk bersama-sama berjuang,'' kata Syafi'i.

Di sisi lain, ia menilai harus ada insentif buat pengusahaan-perusahaan yang mau menggunakan jasa keuangan syariah. Menurutnya, saat ini keuangan syariah butuh keberpihakan pemerintah. 

Ia menilai bank konvensional sudah lebih lama beroperasi di Indonesia sehingga rasio pendanaannya lebih besar. Hal ini membuat biaya dana lebih murah serta skala usaha dan layanan lebih cepat. Untuk menyamai kondisi tersebut, Syafi'i mengatakan bank syariah butuh akselerasi dan kesabaran.

Untuk mendorong keuangan syariah dinilai butuh keterlibatan semua pihak. Ia mencontohkan Malaysia menggelontorkan Rp 5 triliun yang Rp 3 triliun di antaranya untuk sosialisasi edukasi dan sisanya untuk riset keuangan syariah. Sementara, Indonesia hanya menganggarkan Rp 50 miliar.

''Jadi jauh. Pemerintah yang punya dana, sosialisasikan keuangan syariah. Kalau perbankan syariah sudah kuat, sosialisasi baru di lepas ke industri,'' ungkap Syafi'i.

Keuangan syariah, kata Syafi'i, juga harus bisa diakses nonmuslim. Pelaku industri harus menunjukkan baiknya nilai-nilai Islam di industri ini. ''Kalau pendekatan ekonomi tidak bisa, maka sampaikan sistem bagi hasil adalah pembiayaan yang bertanggung jawab sosial, semua bisa menerima,'' kata Syafi'i.

Sebelumnya, Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia Misbahul Huda menilai perbankan syariah harusnya bisa membaca kecenderungan bisnis tanpa riba yang makin digemari pengusaha muda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement