REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa dengan ekonomi yang terus tumbuh, menjadi pasar menggiurkan bagi negara-negara produsen makanan-minuman. Salah satunya ialah Selandia Baru yang memiliki industri unggulan produk olahan susu (dairy) yang diekspor ke Indonesia.
Nilai produk makanan-minuman, termasuk dairy, yang berasal dari negara itu mencapai 456 juta dolar AS. Sedangkan produk dari Indonesia yang dikapalkan ke Selandia Baru antara lain makanan ternak, besi baja, karet olahan dan pupuk.
"Nilai produk dairy dari Selandia Baru mencapai Rp 6 triliun yang menandakan Indonesia pasar penting bagi mereka. Maka kita minta mereka untuk berinvestasi langsung di Indonesia terutama di industri dairy, jangan cuma jadi pasar dong." kata Menteri Perindustrian Saleh Husin usai menerima kunjungan Menteri Perdagangan dan Perubahan Iklim Selandia Baru, Tim Groser di Kementerian Perindustrian, Kamis (22/10).
Saat ini, imbuhnya, merupakan saat yang tepat bagi investor global menanam modal di Indonesia. Beberapa paket kebijakan ekonomi tengah digulirkan untuk mendorong aktivitas industri.
Selandia Baru dapat menjadikan Indonesia sebagai basis produksi susu untuk dipasarkan ke pasar domestik dan pasar ASEAN. Investasi dari negara itu dapat dilakukan dengan menggandeng perusahaan lokal.
Saleh juga mengungkapkan, kerjasama investasi kedua negara sejatinya menguntungkan Selandia Baru karena dapat mengatasi salah satu kendala yang dihadapi peternakan sapi yaitu pasokan makanan ternak.
"Saat musim dingin, ketersediaan rumput di sana terbatas padahal itu pakan utama sapi," ujarnya. Masalah tersebut dapat dibantu diatasi dengan memberikan pakan lain yakni bungkil kelapa sawit (Palm Kernel Expeller/PKE) yang merupakan salah satu produk sampingan CPO.
Indonesia merupakan produsen CPO terbesar di dunia dan menghasilkan PKE dalam jumlah besar yang dapat dimanfaatkan oleh peternak sapi di Selandia Baru untuk tambahan pakan ternaknya.
Selain itu, kedua negara telah bekerja sama dalam pengembangan pembangkit listrik panas bumi di Indonesia. "Mereka punya keunggulan teknologi geothermal yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan industri ketenagalistrikan di Indonesia yang akan memasok peralatan bagi pembangkit listrik panas bumi," ujar Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Achmad Sigit Dwiwahjono.
Sejauh ini, investasi Selandia Baru terus melesat. Jika pada 2013 penanaman modal dari negara itu hanya 446 ribu dolar dengan 11 proyek, maka pada 2014 melonjak menjadi 17,5 juta dolar AS dengan 6 proyek. Sementara hingga pertengahan tahun ini saja, investasi Selandia Baru tercatat 14 juta dolar AS yang tersebar di 6 proyek.