Kamis 15 Oct 2015 17:17 WIB

IMF: Indonesia Harus Punya Ambisi Pimpin Asia

Rep: Binti Sholikah/ Red: Nur Aini
Senior Resident Respresentative IMF Benedict Bingham berbicara dalam diskusi Perkembangan Ekonomi Dunia di Jakarta, Kamis (15/10).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Senior Resident Respresentative IMF Benedict Bingham berbicara dalam diskusi Perkembangan Ekonomi Dunia di Jakarta, Kamis (15/10).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Senior Resident Representative International Monetary Fund (IMF) Benedict Bingham menyatakan, Indonesia harus mempunyai ambisi untuk menjadi pemimpin pertumbuhan ekonomi di Asia. 

Menurutnya, Indonesia memiliki keuntungan besar dari sisi geografis. Indonesia juga memiliki struktur politik yang sangat matang, di antara sepuluh tahun perjuangan setelah reformasi. Meskipun tidak dapat dipungkiri, adanya perubahan kekuasaan, perselisihan, dan kadang-kadang membuat keributan. Namun, hal itu wajar dalam sistem demokrasi. 

Dalam sistem demokrasi di Indonesia saat ini, menurutnya fundamental politik Indonesia cukup stabil. Dia meminta masyarakat jangan meremehkan pentingnya transisi politik untuk masa depan ekonomi Indonesia.

Indonesia, kata Benedict, merupakan negara terbesar keempat di dunia, bahkan setengah dari ASEAN. Sehingga, Indonesia harus punya ambisi untuk menjadi pemimpin di Asia. Salah satu caranya, Indonesia untuk menjadi pemimpin harus terlihat di luar. Indonesia harus mengatakan akan bersaing dalam bisnis. Negara harus mengambil apa yang dibutuhkan dari dunia luar dalam hal tenaga kerja terampil, maupun teknologi, untuk memastikan bahwa Indonesia adalah pemimpin pertumbuhan. 

"Itulah bagaimana negara-negara lain seperti Cina, Jepang, Taiwan, Korea, mereka mengambil apa yang mereka butuhkan dari dunia luar dan membangun ekonomi mereka. Jadi kita harus memiliki ambisi untuk Indonesia menjadi pemimpin pertumbuhan pertama ASEAN dan Asia dan siapa tahu dunia juga," tutur Benedict di sela-sela acara Outlook Ekonomi IMF di Jakarta, Kamis (15/10).

Meski demikian, Benedict tidak menyangkal adanya pelambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga di Indonesia. Hal itu dikarenakan ekonomi yang sedang melambat. Sehingga, konsumen sedikit berhati-hati dalam melakukan belanja. Hal itu juga untuk mempertimbangkan situasi ekonomi di masa depan yang penuh ketidakpastian. 

Meski demikian, Indonesia masih memiliki kekuatan untuk melanjutkan penguatan ekonomi. Salah satunya, tingkat utang sangat rendah. Menurutnya, para investor tengah menunggu kondisi perekonomian Indonesia yang mulai membaik untuk mengubah persepsi dan keputusan investasi. 

"Setelah masa depan terlihat sedikit lebih pasti dalam hal kapitalisasi mereka, saya pikir konsumen akan datang. Tapi saya pikir pada saat ini, konsumen dan investor yang sedikit berhati-hati karena situasi global dan perekonomian domestik," ungkapnya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement