REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia telah memiliki banyak pengalaman melalui berbagai macam fase krisis. Situasi ekonomi tak menentu seperti saat ini merupakan kesempatan untuk Indonesia bisa belajar dari masa-masa kelam itu.
Hal itu dinyatakan oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro dalam sambutannya di acara Ulang Tahun Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ke-10. Menurutnya, Indonesia sudah mengalami masa krisis besar pada 1949.
"Meski sudah berhasil merdeka saat itu kita sudah mengalami krisis. Itu adalah masa suram di mana ekonomi kita berada di titik rendah setelah kekacauan perang," paparnya, Selasa (22/9).
Katanya, keadaan krisis saat itu ditandai dengan produksi rendah dan inflasi yang tinggi. Keadaan ini membuat pemerintah mengeluarkan program penguatan stabilitas ekonomi, termasuk kebijakan makroprudential.
"Tahap krisis kedua pada 1963, kita mengalami hyper inflasi sampai akhirnya tahun 1979 strong policy economics mulai diterapkan," lanjut dia.
Pada tahun 1979, saat itu terjadi peningkatan produksi minyak. Saat itu Indonesia menemukan cadangan minyak yang banyak saat harga minyak sedang tinggi.
Namun pada tahun 1980, penurunan harga minyak mulai terjadi seperti saat ini. Bambang menyebut fase ini sebagai fase economy shock, mengingat pada tahun 1982 pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 2,2 persen.
"Karenanya kita kemudian mencari sumber baru karena minyak tak lagi bisa diandalkan," tambahnya.