REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tiga bank BUMN yaitu Bank Mandiri, BRI, dan Mandiri baru saja melakukan pinjaman senilai 3 miliar dolar AS atau setara dengan sekitar Rp 43 triliun dari China Development Bank. Pinjaman tersebut akan digelontorkan dalam bentuk dana segar dalam beberapa pekan ke depan.
Nantinya dana tersebut sebanyak 70 persen diberikan dalam bentuk dolar AS dan 30 persennya lagi dalam Renminbi. Banyaknya dolar AS yang akan masuk ke Tanah Air diharapkan dapat ikut berpengaruh pada nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. "Saya rasa kalau dikaitkan dengan ketersediaan likuiditas dolar AS, ini akan punya dampak bagi penguatan rupiah, apalagi kalau jumlahnya cukup besar" ujar Eko.
Namun, kata Eko, tujuan adanya pinjaman dana tersebut bukanlah untuk penguatan nilai tukar rupiah, melainkan proyke pembangunan infrastruktur di Tanah Air. Dari total pinjaman tersebut, masing-masing bank menerima pinjaman sebesar 1 miliar dolar AS dengan tenor sepuluh tahun. Jangka waktu pinjaman selama sepuluh tahun sesuai dengan pembiayaan infrastruktur yang membutuhkan dana-dana jangka panjang. Selain itu, pinjaman diklaim dapat meningkatkan kerjasama antara Indonesia dan Cina.
Eko menyebut ekonomi Cina sedang mengalami perlambatan. Sementara di satu sisi, dana-dana mereka cukup banyak sehingga mau tidak mau harus diinvestasikan. Salah satu investasi menarik bagi mereka yakni di Indonesia. “Indonesia punya populasi besar, hubungan dengan Cina pun semakin intens," kata dia. Bukan hanya itu, Cina saat ini tercatat sebagai mitra dagang utama terbesar Indonesia.