Rabu 16 Sep 2015 21:04 WIB

Pengamat: UMKM dan Koperasi Tameng Ekonomi Indonesia

Rep: Andi Nurroni/ Red: Muhammad Hafil
UMKM penerima KUR, ilustrasi
Foto: Tahta/Republika
UMKM penerima KUR, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Situasi ekonomi Indonesia masih tertekan akibat pelemahan rupiah, inflasi serta defisit neraca perdagangan. Kondisi tersebut tidak terlepas dari tren perlambatan pertumbuhan ekonomi global.

Pengamat ekonomi Universitas Airlangga Surabaya Waisaturahma berpendapat, menghadapi babak ekonomi sulit kali ini, Indonesia tidak bisa terlalu mengandalkan negara lain. Pemerintah, menurut Rahma, tidak cukup hanya berharap pada datangnya pertolongan investasi asing.

Pasalnya, menurut dia, hampir seluruh negara di dunia terkena imbas gejolak ekonomi global. Ia menggambarkan, negara-negara kekeuatan ekonomi baru dunia atau bisa disebut new emerging market, seperti Cina, India, Rusia atau Turki, kini pertumbuhan ekkonominya sama-sama menurun.

Nasib negara-negara Eropa, menurut Rahma, juga tidak jauh berbeda. Eropa harus menanggung luka bersama akibat krisis akut yang melanda Yunani, dan kini dikhawatirkan menjalar ke Portugal, Spanyol dan Italia.

“Sementara negara-negara Arab, yang tadinya mereka mengandalkan minyak bumi untuk pertumbuhan ekonomi, sekarang, mereka stagnan karena harga minyak anjlok. Seluruh dunia sedang sulit,” ujar Rahma kepada Republika, Rabu (16/9).

Melihat kondisi tersebut, menurut Rahma, akan sangat sulit ekonomi Indonesia bangkit jika hanya berhadap pada investasi dari luar. Sebaliknya, menurut dia, pemerintah harus memberikan fokus perhatian pada sektor ekonomi rakyat, yakni UMKM dan koperasi.

Usaha rakyatlah, menurut Rahma, yang kini layak menjadi harapan membangkitkan ekonomi Indonesia. UMKM dan koperasi, kata Rahma, bisa bekerja mengobati inflasi dan defisit neraca perdagangan yang saat ini dialami Indonesia, serta akan berdampak pada penguatan rupiah. 

“Pemerintah jangan menutup sebelah mata. Harus semuanya bergandengan tangan. Perbankan harus membuka diri untuk mendampingi permodalan mereka. Apalagi kalau kita menggenjot bahan lokal, kita bisa menguasai hulu dan hilir. Market kita punya. Apa lagi?” ujar Rahma.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement