Kamis 03 Sep 2015 17:22 WIB

Krakatau Steel Harapkan Proyek Infrastruktur Nasional

Rep: Risa Herdahita Putri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
PT Krakatau Steel
PT Krakatau Steel

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Industri baja saat ini dinilai makin penting untuk dikembangkan mengingat potensi kebutuhan baja yang besar. Hal itu yang membuat PT. Krakatau Steel Tbk optimistis proyek infrastruktur akan dapat mendongkrak kinerja emiten di sektor industri dasar dan kimia itu.

Saat ini, kondisi harga baja dunia memang tengah menurun. Kondisi buruk itu diperparah dengan depresiasi rupiah dan lemahnya pasar domestik.

Namun, Direktur Utama Krakatau Steel, Sukandar menjelaskan, kebutuhan baja nasional dalam jangka panjang ini memiliki prospek yang tinggi. Hal itu dibuktikan melalui proyek Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang membutuhkan baja hingga 14,3 juta ton.

Sementara, nilai proyeknya pun tidak sedikit. Seperti dalam poros maritim dan tol laut, nilai proyeknya mencapai Rp 700 triliun. Untuk koridor penyebrangan komplementer tol laut mencapai Rp 40 triliun, sedangkan pembangkit listrik mencapai Rp 1.127 triliun.

"Perseroan optimistis, proyek-proyek pembangunan infrastruktur senilai Rp 290 triliun akan dapat memperkuat kinerja di masa datang," ungkap Sukandar dalam pernyataan resminya, Kamis (3/9).

Ia juga memaparkan, dari proyek infrastruktur senilai Rp 290 triliun itu, 15 persennya atau senilai Rp 43,5 triliun, merupakan komponen besi dan baja. Di sektor proyek pembangunan infrastruktur pelistrikan, Sukandar bahkan menyatakannya akan menjadi ujung tombak bangkitnya industri baja nasional. Hal itu merujuk pada proyek pemerintah, yaitu pembangunan transmisi 35ribu megawatt.

"Karena membutuhkan sekitar 2 juta ton baja dalam empat tahun mendatang," lanjut dia.

Sukandar pun menilai, industri baja dalam negeri saat ini mampu memenuhi kebutuhan baja nasional. Sebanyak 78 persen konsumsi baja nasional diserap oleh sektor konstruksi. Dari rasio itu 40 persennya digunakan untuk keperluan infrastruktur.

Sektor transportasi juga akan menyumbang penyerapan konsumsi baja nasional sebesar delapan persen. Sementara, sektor minyak dan gas bumi menyerap tujuh persen, permesinan empat persen, dan sisanya yang sebesar tiga persen digunakan untuk kebutuhan lainnya.

Sebagai gambaran, di Indonesia saat ini ada sekitar 93ribu jembatan. Total panjang jembatan itu mencapai 1.138 kilometer.

Dari jumlah jembatan itu, ada 72 ribu jembatan yang sepanjang 734 kilometer. Itu tersebar di jalan provinsi dan kabutan. Sementara 21ribu jembatan yang sepanjanh 404 kilometer ada di jalan nasional. Dari semua ini, kebutuhan bajanya mencapai 45 persen dan beton 55 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement