Selasa 01 Sep 2015 22:53 WIB

Kuota BBM Bersubsidi Cukup Hingga Akhir Tahun

Rep: Sapto Andika/ Red: Teguh Firmansyah
Seorang petugas melayani penjualan bahan bakan minyak (BBM) di salah satu SPBU Kawasan Tanah Abang, Jakarta, Rabu (18/3). (Republika/Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Seorang petugas melayani penjualan bahan bakan minyak (BBM) di salah satu SPBU Kawasan Tanah Abang, Jakarta, Rabu (18/3). (Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA - Pemerintah memastikan kuota bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi masih mencukupi hingga akhir tahun. Bahkan, untuk BBM jenis solar dan minyak tanah di sejumlah daerah ditemukan under quota atau konsumsi masih kurang dari jatah yang disiapkan.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) IGN Wiratmaja Puja menyebutkan, pemenuhan kuota BBM bersubsidi tahun ini menurun dibanding periode 5 tahun sebelumnya. Hal ini terjadi karena sejak 2014 lalu pemerintah memutuskan untuk mencabut kuota BBM subsidi untuk BBM jenis premium. Hingga September 2015 ini, tercatat realisasi BBM bersubsidi untuk solar dan minyak tanah mencapai 9,6 juta kilo liter (kl).

"Pencabutan subsidi tahun lalu berdampak signifikan terhadap pengurangan kuota BBM bersubsidi. Sampai Sepetember ini pun konsumsi masih sesuai range kami," ujar Wiratmaja, Selasa (1/9).

Lebih detil, Wiratmaja melanjutkan, untuk konsumsi minyak tanah hingga Agustus 2015 mencapai 0,49 juta KL dari proyeksinya sebesar 0,73 juta KL tahun ini. Sedangkan untuk solar bersubsidi mencapai 9,09 juta KL dari proyeksi 2015 sebesar 16 juta KL. Angka ini pun lebih rendah dari pagu APBN 2015 sebesar 17 juta KL solar bersubsidi.

"Ada beberapa daerah yang sudah mulai merah untuk minyak tanah. Memang skala kecil. Misal di Sulut dan Papua Barat. Tapi secara keseluruhan konsumsi minyak tanah dan solar masih di dalam range yang diharapkan," ujar Wiratmaja.

Selain itu, untuk LPG 3 kg, kuota dalam APBN 2015 adalah 5,76 juta metrik ton (MT). Kementerian ESDM mencatat, hingga Agustus 2015 penyerapan LPG 3 kg mencapai 3,65 juta MT. Wiratmaja mengakui hingga saat ini konversi minyak tanah ke gas masih terpusat di wilayah barat Indonesia. Pada 2016 nanti, pemerintah akan menambah wilayah fokus konversi BBM di Maluku, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement