Senin 31 Aug 2015 16:53 WIB

Menteri Rini Isyaratkan tak Jadi Buy Back Saham Rp 10 Triliun

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno berbicara dalam Forum CFO di Jakarta, Senin (3/8).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno berbicara dalam Forum CFO di Jakarta, Senin (3/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri BUMN Rini M Soemarno mengisyaratkan program pembelian kembali (buy back) saham perusahaan milik negara di pasar modal tidak dilanjutkan karena harga saham-saham BUMN sudah kembali membaik.

"Minggu lalu kami mengusulkan program buy back. Sejumlah BUMN sudah siap, dengan dana perkiraan sebesar Rp 10 triliun. Namun ketika akan direalisasikan, harga saham rebound," ujarnya di Jakarta, Senin (31/8).

Dia menjelaskan program tersebut juga mendapat dukungan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan memberikan izin buy back kepada BUMN tanpa harus melalui rapat umum pemegang saham (RUPS).

"Jadi memang kami sudah mempersiapkannya," ujar Rini.

Sebelumnya, pada Senin (24/8) Pemerintah mengumumkan sebanyak 16 BUMN akan melakukan buy back saham untuk menahan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia yang pada perdagangan Senin (24/8) ditutup terpuruk 172,224 poin atau 3,97 persen ke posisi 4.163,729 poin.

Ke-16 BUMN tersebut yaitu Bank BTN, Bank BRI, Bank Mandiri, Semen Baturaja, Jasa Marga, Wijaya Karya, Bank BNI, Krakatau Stell. Selanjutnya Garuda Indonesia, Adhi Karya, Perusahaan Gas Negara, Kimia Farma, Semen Gresik, Aneka Tambang, Indo Farma, Timah, dan Bukit Asam.

Namun ketika buy back akan direalisasikan pada pada Selasa, (25/8), sejak perdagangan pagi hingga penurupan pasar, harga saham-saham BUMN mengalami peningkatan. "Jadi mereka (16 BUMN) sampai sejauh ini belum sempat melakukan buy back, namun harga sudah terlanjut membaik," ujarnya.

Meski demikian tambah Rini, langkah buy back di pasar saham justru dilakukan BUMN asuransi dan Dana Pensiun yang masuk ke pasar modal sebagai investor untuk membeli saham-saham BUMN.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement