Senin 31 Aug 2015 14:00 WIB
Buruh Bergerak

Buruh Diminta Pertimbangkan Kembali Rencana Demo 1 September

Rep: Qommaria Rostanti/Sapto Andika Candra/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Demo buruh  (ilusrasi)
Foto: Republika/WIhdan Hidayat
Demo buruh (ilusrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,‎ JAKARTA -- Para buruh diminta mempertimbangkan kembali rencana demo yang akan dilaksanakan Selasa (1/9). Pasalnya dukungan semua pihak untuk pemerintah sangat dibutuhkan, apalagi di tengah kondisi ekonomi yang sedang bergejolak seperti saat ini.

Wakil Ketua Umum Kadin DKI Jakarta Sarman Simanjorang mengatakan dalam situasi seperti ini dibutuhkan kerjasama dan kekompakan. Sehingga tercipta iklim usaha serta investasi yang kondusif, supaya kepercayaan pasar dan investor terhadap ekonomi Tanah Air semakin besar sehingga nilai rupiah pun perlahan tapi pasti semakin menguat.

"Di kala kondisi ekonomi kita seperti ini, demo buruh kelihatannya kurang tepat dan makin menambah ketidak percayaan investor kepada kita," ujarnya dalam siaran pers, Senin (31/8).

Seharusnya, kata Sarman, jika ada aspirasi buruh yang ingin disampaikan kepada pemerintah  tidak perlu turun ke jalan karena akan mengganggu aktivitas perdagangan dan bisnis. "Alangkah baiknya aspirasi itu disampaikan melalui dialog atau dengan audensi sehingga lebih efektif dan terarah daripada harus demo kejalanan yang menurunkan produktivitas pekerja," ucapnya.

Sarman mengatakan semua tuntutan buruh sudah ada pada kebijakan pemerintah. "Jika belum puas perwakilan buruh melalui serikat pekerja dapat meneruskan aspirasi tersebut ke DPR dan DPD yang kita yakini mampu memperjuangkan aspirasi tersebut," kata Sarman.

Ke depannya, semua pihak harus memanfaatkan institusi formal yang tersedia untuk menyalurkan aspirasi dan mengurangi aksi demo turun ke jalan dalam rangka menjaga iklim usaha dan investasi yang kondusif. Dia menyebut di era AEC 2015 yang pada akhir tahun ini diberlakukan, maka tidak tepat lagi buruh demo turun ke jalan karena persaingan dengan tenaga kerja dari sembilan negara Asean lainnya akan terbuka.

"Buruh harus meningkatkan kompetensi, skill dan produktivitas untuk dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement