REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anjloknya harga minyak dunia saat ini ditakutkan akan berakhir pada pemutusan kerja pegawai atau PHK besar-besaran. Wakil Ketua Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Zikrullah mengatakan, pemutusan kerja pegawai adalah opsi terakhir bagus perusahaan migas. Pihaknya mendesak perusahaan migas untuk melakukan efisiensi secara internal perusahaan dibanding memutuskan kontrak kerja.
"Yang kita harapkan dengan harga minyak yang kecenderungan turun terus, tidak kurangi pekerja. Boleh efisiensi, tapi pengurangan tenaga kerja diusahakan yang paling akhir," jelas Zikrullah, Kamis (27/8).
Namun meski demikian, Zikrullah mengakui adanya pemutusan kontrak kerja saat ini sebagai akibat sesaat dari harga minyak dunia yang anjlok. Hanya saja dia meyakini kondisi ini akan segera pulih.
"Ya memang faktanya bagaimana cost per barelnya. Kalau cost per barel dibawah biaya operasinya kan ga bisa juga. Tapi ini akibat sesaat ini," katanya.
Zikrullah sendiri meyakini harga minyak dunia akan kembali ke angka 60 dolar AS per barel.
"Menurut salah satu big player kita, akan rebound lagi. Kapannya itu. Keyakinan dia sih dia bisa 60 tapi perlu waktu. Setelah beberapa pemain ga kuat, beberapa memang akan remain. Itu akan banyak yang berguguran," lanjutnya.
Kondisi minyak dunia yang lesu mau tidak mau menyeleksi perusahaan mana yang memiliki rencana keuangan yang baik dan mana yang tidak.