Rabu 26 Aug 2015 15:30 WIB

Apa yang Membedakan Kita dan Cina dalam Merespons Dolar?

Mata uang dolar AS (USD).
Foto: Republika/Prayogi
Mata uang dolar AS (USD).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akademisi dan praktisi bisnis, Rhenald Kasali memaparkan perbedaan orang Indonesia dan Cina dalam merespon dollar Amerika Serikat yang menguat.

Dalam twitter pribadinya, ‏@Rhenald_Kasali dijelaskan Cina tahu apa nikmatnya memiliki cadangan devisa yang besar. Ketika dollar AS menguat, mata uang Cina yakni Yuan juga ikut menguat. Tetapi, kondisi itu justru membuat Cina khawatir.

"Namun manakala strong USD masih membuat YUAN juga strong, Cina justru gundah, khawatir produk2nya tidak kompetitif di pasar global..rakyat China gelisah mata uangnya terlalu kuat," katanya lewat akun twitter yang dikutip Republika, Rabu (26/8).

Maka, dengan sengaja Cina melakukan devaluasi yakni mengupayakan agar Yuan sedikit lemah.

"Mengapa? itulah bangsa entrepreneur, pasarnya global," katanya.

Sedangkan respon di tanah air jauh berbeda dengan respon Cina terhadap dollar AS.

"Maaf ya. Kok kita tidak mau memanfaatkan dollar yg kuat utk mencari dollar? Kita malah berteriak agar dollarnya turun. Mengapa? Ini penjelasannya: Kita adalah bangsa konsumtif. Takut tak bisa belanja lagi," katanya.

Ia pun mengajak agar para entrepreneur Indonesia bisa mengejar pasar hingga mancanegara dan tidak berkutat di pasar dalam negeri.

"Ayo bangsaku, manfaatkan momentum ini untuk mengepung pasar dunia yg waktunya tak akan lama untuk menjejakkan kaki. Jangan jadikan kita bangsa konsumtif yg takut tak bisa belanja. Utamakan pangan, bangun kemandirian," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement