Jumat 21 Aug 2015 18:32 WIB

Investor Cabut Dana karena Pesimistis dengan Pertumbuhan Ekonomi

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (11/1). Bank Indonesia memproyeksi pertumbuhan ekonomi dapat menyentuh angka 5,8%-6,2% pada 2014, lebih tinggi dibandingkan dengan prediksi pertumbuhan ekonomi 2013 sebesar 5,7%.
Foto: Republika/Prayogi
Pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (11/1). Bank Indonesia memproyeksi pertumbuhan ekonomi dapat menyentuh angka 5,8%-6,2% pada 2014, lebih tinggi dibandingkan dengan prediksi pertumbuhan ekonomi 2013 sebesar 5,7%.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Institute for Development of Economic dan Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengaku tidak kaget dengan tingginya dana keluar (Capital Outflow).

"Sudah kita ingatkan ketika capital inflow dalam bentuk portofolio ya begini, resikonya sangat sensitif terhadap isu-isu jangka pendek," ujarnya kepada ROL, Jumat (21/8).

Ia menilai meningkatnya capital outflow lantaran orang sudah pesimistis terhadap prospek ekonomi Indonesia minimal dalam jangka pendek ke depan.

Manajemen rescue dari pemerintah, lanjutnya hampir tidak ada, sehingga kalau respons policy dan manajemen rescue dari pemerintah tidak ada, bisa menimbulkan kekhawatiran akan terjadi krisis kembali.

Jika terjadi krisis, menurutnya orang-orang cenderung menyimpan asetnya masing- masing, terlebih ia memperkirakan perlambatan masih akan terus berlangsung hingga Kuartal III.

"Kemungkinan sampai triwulan III pun kita relatif pesimis untuk bisa diatas lima persen," lanjutnya.

Ia menambahkan, jika tidak bisa di atas lima persen, potensi pengangguran dan kemiskinan juga akan meningkat. Hal tersebut, membuat pelaku pasar pesimis dan punya respon negatif sehingga yang dilakukan adalah mengamankan uangnya.

Solusi paling utama, ia katakan, konsolidasi pemerintah. Bagaimana pemerintah bisa berperan mengelola kondisi ketidakpastian ini, caranya drngan mempunyai arah kebijakan yang jelas dan kongkrit seperti segera membenahi regulasi dan birokrasi sehingga membuat kepastian di dunia usaha.

"Itu yang selama ini tak pernah dilakukan," sambung Enny.

Ia mengkritisi, pernyataan para menteri yang menganggap persoalan ini hanya karena faktor eksternal dan masih dalam kondisi yang wajar dan baik-baik saja. Sehingga, lanjutnya, karena menganggap kondisi masih baik-baik saja, tidak melakukan progres yang cepat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement