Kamis 06 Aug 2015 07:30 WIB

Ekonomi Melambat, Pengangguran dan Kemiskinan akan Melonjak

Rep: Qommaria Rostanti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Salah satu potret kemiskinan di ibukota (ilustrasi).
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Salah satu potret kemiskinan di ibukota (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dampak paling berat yang harus dirasakan saat pertumbuhan ekonomi melemah adalah tingkat pengangguran dan kemiskinan akan bertambah. Padahal pemerintah menargetkan adanya pertumbuhan ekonomi 5 persen, penurunan pengangguran dan kemiskinan, dan ketimpangan ekonomi akan menyempit.

Peneliti Institute for Development of Economist and Finance (Indef), Eko Listianto mengatakan jika melihat pertmbuhan ekonomi saat ini, pemerintah harus siap-siap menerima kenyataan pengangguran dan kemiskinan akan naik.

Di triwulan II, kontribusi industri pengolahan yang menampung pekerja formal menurun.

Meski penurunannya hanya sedikit, namun tetap terasa pengaruhnya. Pasalnya industri-industri berskala Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan padat karya terdapat dalam skala tersebut. “Kalau industrinya melambat, maka mereka yang pertama di-PHK,” ucapnya.

Indonesia masuk dalam era pertumbuhan ekonomi rendah untuk negara berkembang. Pemerintah selalu optimistis tingkat pertumbuhan mencapai lima persen.

Namun jika penyerapan anggaran tidak memberikan efek dan daya stimulasi terhadap petumbuhan ekonomi, maka kondisi ini akan stagnan di tahun-tahun ke depan. “Paling hanya segini-gini saja,” kata Eko.

Pemerintah harus melakukan berbagai macam langkah dan stimulasi, diantaranya mendorong belanja modal sehingga investasi akan masuk dan pada akhirnya tercipta lapangan kerja baru. “Kalau begini, masyarakat jadi mempunyai daya beli dan konsumsi pun akan meningkat,” ujarnya.

Cara tersebut paling efektif untuk dilakukan. Menurutnya, pendekatan moneter dengan menurunkan tingkat suku bunga sangatlah berisiko dan bukan tidak mungkin kurs malah semakin tidak stabil.”Jika stimulasinya dari fiskal, saya rasa akan bermanfaat,” ucap Eko.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement