Selasa 04 Aug 2015 19:58 WIB

Duh, Tren Depresiasi Rupiah Diyakini Hingga Akhir 2015

Rep: Risa Herdahita/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Petugas menunjukkan mata uang rupiah di tempat penukaran mata uang, Jakarta, Jumat (5/6).
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Petugas menunjukkan mata uang rupiah di tempat penukaran mata uang, Jakarta, Jumat (5/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sepanjang pekan terakhir pada Bulan Juli, investor asing tercatat melepas kepemilikan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan nilai jual bersih Rp 110miliar. Meski rata-rata aktivitas perdagangan saham pada 27-31 Juli 2015 masih meningkat dibanding sepekan sebelumnya, penarikan dana asing ini akan sangat mempengaruhi nilai kurs rupiah.

"Sepanjang 2015 porsi nilai trading oleh investor asing di bursa Indonesia cukup besar, sebesar 43 persen," jelas analis Institute Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listyanto ketika dihubungi Republika, Selasa (4/8).

Pasar sejauh ini mencermati pergerakan rupiah atas dolar AS yang menurut laman resminya, hari ini (4/8) kurs tengah Bank Indonesia menyentuh level Rp 13.495. Sementara BI pun menetapkan kurs jual pada level Rp 13.562 per dolar AS dan kurs beli Rp 13.428 per dolar AS.

Eko pun memperkirakan tren depresiasi rupiah masih akan  terjadi hingga akhir tahun 2015. Menurutnya, tantangan rupiah di sisa tahun ini bergantung sekali pada sisi eksternal. Ia pun menyebut suku bunga the Federal Reserve (the FED) dan risiko utang Cina yang meningkat sebagai faktor yang mendorong dari luar.

Adapun sisi internal, depresiasi rupiah terkait dengan defisitnya nilai transaksi berjalan. Tak hanya itu, faktor lainnya adalah pembayaran utang yang jatuh tempo terutama utang swasta.

Eko menambahkan, defisit transaksi berjalan yang ditambah dengan adanya rencana kenaikan suku bunga the FED menjadikan upaya menjaga nilai tukar menjadi lebih sulit. "Defisit transaksi berjalan itu indikator fundamental. Dalam kondisi yang defisit, isu perekonomian global akan mudah menggoyang stabilitas rupiah," papar Eko.

Ia pun berharap adanya strategi untuk memperbaiki kondisi defisit yang terjadi. Posisi surplus, katanya, tentu akan menciptakan kembali optimisme dan stabilitas nilai tukar yang selanjutnya mencerminkan kinerja fundamental.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement