REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Koordinator Koalisi Rakyat Kedaulatan Pangan (KRKP) Said Abdullah menyatakan Indonesia memang memiliki area pangan yang cukup walaupun sedang terjadi proses konversi. Kendati sekarang Indonesia menjadi negara pengimpor beras, ada beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Menurut Said, kelembagaan, faktor kelangkaan input pertanian, iklim degadrasi agroekosistem merupakan faktor yang mempengaruhi masalah tersebut. “Konversi yang rata-rata 110 hektare pertahun juga menjadi hal yang berpengaruh,” ujar Said saat dihubungi ROL, Rabu (15/7).
Ia juga mengatakan atas faktor-faktor tersebut pemerintah telah menentukan strategi di antaranya peningkatan subsidi (benih, pupuk, dan pestisida), anggaran pertanian, dan pembatasan konversi. Sayangnya, pendekatan dan strategi tersebut masih dalam cara pandang peningkatan produksi instan dan bukan berkelanjutan.
Oleh karena itu, Said mengungkapkan untuk mendorong produksi berkelanjutan maka perlu diupayakan perubahan cara. “Hal pertama ubah cara peningkatan produksi dari sarat input kimia sistetis pabrikan menjadi pertanian yang ramah lingkungan,” katanya.
Hal ini juga penting mengingat faktor pembatas kenaikan produksi saat ini adalah karena rusaknya agroekosistem terutama kesuburan lahan akibat masifnya penggunaan kimiawi sintetis. Kandungan bahan organik atau tingkat kesuburan lahan, Said mengatakan, saat ini kurang dari satu persen seperti yang disaratkan untuk produksi optimum.
Lanjutan yang kedua, Said berpendapat, ubah pendekatan dan tujuan. “Tujuan utamanya peningkatan kesejahteraan petani untuk meningkatkan produksi, karena tidak ada korelasi positif antara kenaikan produksi dengan kesejahteraan petani.” kata Said.
Said juga menyatakan ketika tujuan tetap berpusat pada peningkatan produksi, maka kesejahteraan petani tetap rendah.