REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Pengusaha Indonesia menyatakan, para pengusaha kini bersemangat melakukan subtitusi impor, namun kendala justru terjadi di lapangan. Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani mengatakan, pemerintah pun tak bisa berbuat banyak untuk menjawab subtitusi impor.
"Misalnya teman-teman di sektor makanan saat ini sedang mengusahakan membuat pabrik garam sendiri di Nusa Tenggara Timur. Mereka padahal sudah mencanangkan bisa memproduksi 250 ton dalam industri, tapi kenyataannya di lapangan tak mudah. Masyarakatnya sendiri ada resistensi," jelas Hariyadi, saat ditemui seusai acara Silahturahmi Presiden dengan pelaku usaha, di JCC, Jakarta, Kamis, (9/7).
Ia menambahkan, baik pemerintah pusat maupun daerah tak dapat berbuat apapun menghadapi masyarakat, agar pabrik garam bisa didirikan. Meski begitu, Hariyadi tak ingin complain pada pemerintah.
Baginya, kini tak perlu saling menyalahkan. "Sekarang problemnya di depan apa, mari kita bereskan bersama," ujarnya.
Setelah mendengar pemaparan presiden di acara silahturahmi, Hariyadi juga mengaku ada harapan untuk pertumbuhan ekonomi ke depan. Ia memprediksi hingga akhir tahun ini, ekonomi akan tumbuh antara lima persen sampai 5,2 persen.