Senin 02 Jun 2025 12:18 WIB

BPS Catat Surplus Neraca Perdagangan April 2025 Capai 0,16 Miliar Dolar AS

BPS umumkan surplus neraca perdagangan Indonesia berlanjut 60 bulan berturut-turut

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (10/4/2025). Presiden Amerika Serikat Donald Trump, menangguhkan kenaikan tarif resiprokal selama 90 hari untuk puluhan negara, termasuk Indonesia yang sebelumnya terkena sebesar 32%. Melalui penundaan ini, untuk sementara Indonesia hanya akan dikenakan tarif dasar sebesar 10% seperti negara lainnya. Namun, kebijakan penundaan tarif baru selama 90 hari ini tidak berlaku untuk China.
Foto: Republika/Prayogi
Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (10/4/2025). Presiden Amerika Serikat Donald Trump, menangguhkan kenaikan tarif resiprokal selama 90 hari untuk puluhan negara, termasuk Indonesia yang sebelumnya terkena sebesar 32%. Melalui penundaan ini, untuk sementara Indonesia hanya akan dikenakan tarif dasar sebesar 10% seperti negara lainnya. Namun, kebijakan penundaan tarif baru selama 90 hari ini tidak berlaku untuk China.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan barang Indonesia pada April 2025 mencatat surplus sebesar 0,16 miliar dolar AS. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menyampaikan surplus ini menandai capaian beruntun selama lima tahun sejak Mei 2020.

"Neraca perdagangan Indonesia telah mencatat surplus selama 60 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," ujar Pudji dalam konferensi pers Berita Resmi Statistik (BRS) di Kantor BPS, Jakarta, Senin (2/6/2025).

Baca Juga

Pudji menjelaskan, surplus pada April 2025 terutama didorong oleh komoditas nonmigas dengan nilai mencapai 1,51 miliar dolar AS. Komoditas utama penyumbang surplus adalah bahan bakar mineral (HS27), lemak dan minyak hewani/nabati (HS15), serta besi dan baja (HS72).

Sementara itu, lanjut Pudji, neraca perdagangan migas mengalami defisit sebesar 1,35 miliar dolar AS. Defisit ini terutama disebabkan oleh tingginya impor hasil minyak dan minyak mentah.

"Pada saat yang sama, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit 1,35 miliar dolar AS dengan komoditas penyumbang defisitnya adalah hasil minyak dan minyak mentah," ucap Pudji.

Secara kumulatif hingga April 2025, nilai ekspor Indonesia tercatat sebesar 87,36 miliar dolar AS atau meningkat 6,65 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pudji menyampaikan nilai impor mencapai 76,29 miliar dolar AS atau naik 6,27 persen secara tahunan.

"Pada April 2025, nilai ekspor mencapai 20,74 miliar dolar AS atau mengalami peningkatan sebesar 5,76 persen dibanding April 2024. Sementara impor pada April 2025 mencapai 20,59 miliar dolar AS atau melonjak 21,84 persen," kata Pudji.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement