Rabu 03 Jun 2015 22:35 WIB

Penerbitan Obligasi BRI Pengaruhi LDR

Rep: C87/ Red: Djibril Muhammad
Bank Rakyat Indonesia
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Bank Rakyat Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menerbitkan obligasi tahap I tahun 2015 senilai maksimal Rp 3 triliun. Penerbitan obligasi akan mempengaruhi rasio loan to deposit ratio (LDR)yang dilonggarkan menjadi loan to funding ratio (LFR).

Direktur Keuangan Bank BRI Haru Koesmahargyo mengatakan, saat ini dana pihak ketiga (DPK) Bank BRI tercatat sebesar Rp 550 triliun. Maka setiap penambahan Rp 5 triliun akan menumbuhkan 1 persen DPK. Dengan tambahan DPK sebesar Rp 3 triliun, pengaruhnya ke loan to funding ratio (LFR) 0,6 persen.

"Tidak signifikan, tapi ini membantu kita untuk menurunkan LFR. Kita antisipasi sebelum aturan keluar kita keluarkan obligasi," jelas Haru dalam public expose penerbitan obligasi di Gedung BRI Jakarta, Rabu (3/6).

Haru menambahkan, BRI menargetkan posisi LDR dimaksimalkan antara 85-90, tepatnya di kisaran 87-88 persen. Terkait penerbitan obligasi, Haru menilai yang ditawarkan kali ini suku bunganya lebih rendah. Saat ini BRI berupaya menurunkan biaya dana simpanan, obligasinya relatif lebih rendah daripada yang diterbitkan BRI beberapa semester lalu.

Sebelumnya, Bank Indonesia mengeluarkan aturan perluasan definisi simpanan dengan syarat tertentu. Ketentuan itu akan menggolongkan sumber dana dari obligasi dan surat utang jangka panjang lainnya dalam komponen simpanan. Komponen surat utang yang digolongkan sebagai simpanan meliputi obligasi, medium term notes (MTN), dan negotiable certificate deposit (NCD).

Namun, surat utang yang diterbitkan bank harus terdaftar di PT Kustodian Sentral Efek Indonesia. LDR atau LFR menjadi alat untuk mengukur kondisi likuiditas bank. Jika semakin mendekati 100 persen, kondisi likuiditas bank semakin ketat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement