Jumat 22 May 2015 16:08 WIB

Banyak Utang, Kedaulatan Indonesia Mudah Terganggu

Rep: C14/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Direktur Center for Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi (kanan), Ketua Panitia Perancang Undang-Undang (PPUU) DPD Gede Pasek Suardika (kiri) menjadi pembicara dalam dialektika demokrasi di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (9/4).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Direktur Center for Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi (kanan), Ketua Panitia Perancang Undang-Undang (PPUU) DPD Gede Pasek Suardika (kiri) menjadi pembicara dalam dialektika demokrasi di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (9/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Centre For Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi menjelaskan, sudah sangat banyak sumber utang pemerintah Indonesia sehingga sangat mengganggu kedaulatan bangsa.

Berdasarkan pada data dari Kementerian Keuangan pada Maret 2015, posisi utang Indonesia sebesar Rp 2.796 triliun. Uang sebesar itu berasal dari pinjaman luar negeri sebesar Rp 696 triliun dan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 2.099 triliun.

"Utang yang berasal dari pinjaman luar negeri, (adalah) pinjaman bilateral dari Jepang sebesar Rp 219,6 triliun; Perancis sebesar Rp 24,9 triliun; Jerman sebesar Rp 20,4 triliun, dan negara lainnya sebesar Rp 77,92 triliun," kata Uchok Sky Khadafi dalam keterangan tertulisnya, Jumat (22/5).

Uchok melanjutkan, utang Indonesia ada pula yang berasal dari pinjaman multilateral. Antara lain, dari Bank dunia sebesar Rp 182,8 triliun; Bank Pembangunan Asia (ADB) sebesar Rp 110,4 triliun; Bank Pembangunan Islam (IDB) sebesar Rp 7,8 triliun, dan lainnya sebesar Rp 2,6 triliun.

"Ada juga pinjaman Indonesia dari Komersial Bank sebesar Rp 46,1 triliun, Suppliers sebesar Rp 0,21 triliun, dan pinjaman dalam negeri sebesar Rp 3,3 triliun," sambung Uchok.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement