REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat diperkirakan masih akan berlanjut. Badan Pusat Statistik telah merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2015 sebesar 4,71 persen, lebih rendah dibandingkan kuartal IV-2014 sebesar 5,02 persen.
Pengamat EKonomi dari Samuel Aset Manajemen Lana Soelistyaningsih mengatakan, faktor yang membuat pertumbuhan ekonomi melambat berlanjut jika implementasi APBN lambat. Selain itu, pelemahan konsumsi rumah tangga dan pertumbuhan kredit yang melambat.
“Bisa membaik kalau ada perbaikan investasi swasta dan percepatan belanja modal pemerintah,” ujar Lana dalam peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan No 24, di kantor pusat Bank Indonesia Jakarta, Jumat (8/5).
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi yang melambat diperparah dengan daya beli konsumen yang juga melemah. Selain itu, faktor neraca transaksi berjalan yang masih defisit. Jika neraca perdagangan surplus, defisit transaksi berjalan akan membaik.
Lana menilai, realisasi belanja APBN yang diharapkan menjadi sumber mengatasi kerentanan ekonomi. Namun, ada sedikit kekhawatiran karena pola pencairan anggaran siklusnya masih mirip, yakni di kuartal III dan IV.
Di samping itu, pelambatan perbankan dalam menyalurkan kredit juga cukup kuat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Perbankan dinilai lebih berhati-hati dan memperhatikan risiko penyaluran kredit.
“Kalau perbankan masih ragu dan pesimis terhadap pertumbuhan kredit dampaknya berpengaruh ekonomi ke depan. Kita berharap perbankan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi, tidak hanya dari sisi pemeirntah,” imbuhnya.