REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Mendukung swasembada beras, Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) meminta pemerintah segera lakukan revitalisasi di sektor penggilingannya. Sebab, produksi gabah yang tinggi setiap tahunnya terkikis ketika menjadi beras rata-rata hingga 3,3 juta ton beras atau senilai Rp 223 Triliun per tahun.
"Revitalisasi juga sangat penting karena pengusaha penggilingan beras didominasi oleh pengusaha kecil, merekalah yang harus dibantu agar menggunakan penggilingan yang lebih modern," kata Ketua Umum Perpadi Sutarto Alimoeso di hadapan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Selasa (28/4).
Dipaparkannya, berdasarkan sensus Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2012, pengusahaan penggilingan beras se-Indonesia baru 30 persen untuk memenuhi kebutuhan penggilingan gabah nasional. Di mana, dari jumlah keseluruhan 182.199 unit, terdapat sebanyak 2076 unit jenis penggilingan besar, 8628 unit penggilingan gabah sedang dan sebanyak 171.495 unit atau 94,12 persen penggilingan berskala kecil. Penggilingan-penggilingan tersebut tersebar di pusat-pusat produksi beras.
Karena ketersediaan penggilingan tak seimbang dengan kebutuhan, lanjut dia, terjadilah persaingan ketat antar pengusaha. Proses perpindahan gabah dari sektor produksi ke penggilingan lewat jalan yang panjang karena harus memindahkan gabah antar kabupaten bahkan antar pulau.
Sehingga membuat beras pada akhirnya berharga tinggi padahal kualitasnya tidak seberapa. "Ini karena terjadi ketidakefisienan dalam penggilingan, ada loses, perusakan dan transportasi tinggi," lanjut dia.
Makanya, ia meminta kepada Menteri Pertanian untuk memperbaiki kebijakan yang mengarah pada revitalisasi yang masif untuk penggilingan. Kebijakan misalnya penertiban pendirian penggilingan padi yang baru serta pembagian kerja antara penggilingan besar dan kecil. Jangan sampai penggilingan besar terlalu mendominasi dan menekan kerja penggilingan kecil.