REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia mencatat surplus Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) periode Maret 2015 sebesar 1,13 miliar dolar AS ditopang oleh meningkatnya surplus pada neraca nonmigas. Sementara neraca migas kembali mengalami defisit. Bulan sebelumnya, NPI tercatat surplus 0,66 miliar dolar AS.
Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Peter Jacobs mengatakan, neraca perdagangan nonmigas mencatat surplus sebesar 1,41 miliar dolar AS, meningkat dibanding bulan sebelumnya yang mencatat surplus 0,63 miliar dolar AS. Peningkatan surplus tersebut didorong oleh ekspor nonmigas yang meningkat 12,5 persen (mtm) menjadi 11,72 miliar dolar AS. Terutama pada ekspor bahan bakar mineral sebesar 23,6 persen (mtm), lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 9,0 persen (mtm), perhiasan/permata sebesar 24,2 persen (mtm), kayu dan barang dari kayu sebesar 33,3 persen (mtm) serta mesin/peralatan listrik sebesar10,0 persen (mtm).
“Namun, peningkatan kinerja neraca perdagangan nonmigas lebih lanjut tertahan oleh meningkatnya impor nonmigas sebesar 5,3 persen (mtm) menjadi 10,31 miliar dolar AS, terutama karena meningkatnya impor mesin dan peralatan mekanik, mesin dan peralatan listrik, kendaraan bermotor dan bagiannya, serta kapal laut dan bangunan terapung,” jelasnya dalam siaran pers, Rabu (15/4).
Di sisi lain, neraca perdagangan migas mengalami defisit sebesar 0,28 miliar dolar AS, setelah pada bulan sebelumnya mencatat surplus sebesar 0,03 miliar dolar AS. Defisit neraca migas tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan impor migas yang dipicu oleh meningkatnya volume dan harga impor minyak mentah dan hasil minyak.
Bank Indonesia menilai surplus neraca perdagangan pada Januari-Maret 2015 ini sesuai dengan prakiraan defisit transaksi berjalan (CAD) triwulan I 2015, yang akan lebih rendah dari triwulan IV 2014.