REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengharapkan Indonesia menjadi basis produksi industri makanan dan minuman. Hal itu sebagai langkah menghadapi implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan berlaku Desember mendatang.
Menurut Franky, pemerintah menempatkan industri makanan dan minuman sebagai industri strategis yang potensial untuk bersaing dengan negara ASEAN lainnya.
“Dalam road map persiapan menghadapi MEA, pemerintah menempatkan industri makanan dan minuman sebagai salah satu dari sembilan industri yang dipersiapkan untuk melakukan penetrasi pasar ke negara ASEAN lainnya. Sekaligus sebagai satu dari tujuh industri yang dipersiapkan bersaing dengan produk negara ASEAN lainnya, dalam mengamankan potensi pasar dalam negeri yang cukup besar,” kata Franky saat menghadiri peresmian Pabrik Asahi Indofood di Sukabumi, Rabu (8/4).
Franky menambahkan ada dua manfaat yang diperoleh jika Indonesia menjadi basis produksi untuk industri makanan. Selain untuk mendorong kenaikan ekspor sektor makanan, juga dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Menurutnya, pemerintah sudah menyiapkan insentif investasi untuk menarik investor sektor makanan dan minuman.
BKPM mencatat realisasi investasi industri makanan dan minuman dalam kurun waktu 2010 hingga 2014 mencapai 9,1 milliar dolar AS (PMA) dengan tren realisasi yang terus naik. Realisasi investasi sektor makanan dan minuman pada 2014 mencapai 3,1 milliar dolar AS, naik dari tahun sebelumnya yang hanya 2,1 milliar dolar AS. Sementara realisasi investasi PMDN mengalami tren yang cukup fluktuatif dengan total investasi periode 2010-2014 sebesar Rp 69 trilliun.
Sementara itu, dalam hal penyerapan tenaga kerja, saat ini jumlah tenaga kerja langsung di sektor makanan dan minuman mencapai 3,5 juta orang. Dengan asumsi pertumbuhan 8 persen pada tahun mendatang, sektor tersebut diproyeksikan dapat menyerap tenaga kerja sedikitnya 280 ribu orang per tahun.
Sedangkan nilai ekspor industri makanan dan minuman pada periode Januari – September 2014 mencapai 31,37 milyar dolar AS atau 35,72 persen terhadap ekspor industri pengolahan nasional. Angka tersebut meningkat sebesar 12,69 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Kontribusi produk makanan, minuman dan tembakau pada penerimaan devisa melalui ekspor pada periode Januari – September tahun 2014 mencapai 1,64 miliar dolar AS.