REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Dunia menyatakan terdapat tiga strategi dalam mengatasi kemiskinan ekstrem yang menerpa banyak masyarakat di berbagai belahan dunia pada saat ini.
"Strategi kami untuk menghentikan kemiskinan ekstrem, berdasarkan pengetahuan global terbaik yang tersedia," kata Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu (8/4).
Jim memaparkan, strategi tersebut adalah pertumbuhan ekonomi, peningkatan investasi serta memastikan seluruh masyarakat terlindungi jaringan pengaman sosial.
Ia berpendapat perekonomian dunia butuh untuk tumbuh lebih cepat dan berkembang dengan lebih berkelanjutan, serta memastikan kaum miskin menerima porsi terbesar dari manfaat pertumbuhan ekonomi tersebut.
"Kita dapat menghentikan kemiskinan ekstrem hanya jika kita menggerakkan pertumbuhan ekonomi ke arah pertumbuhan yang lebih kokoh dan inklusif yang belum pernah ada dalam masa modern ini," kata Jim.
Pertumbuhan ekonomi adalah penggerak utama dari meningkatnya pendapatan pribadi untuk mengurangi kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan membutuhkan stabilitas makroekonomi dalam bentuk inflasi rendah, mengelola tingkat utang serta tingkat kurs yang reliabel.
"Kebijakan pemerintah juga harus diprioritaskan kepada pertumbuhan dalam sektor yang meningkatkan pendapatan orang-orang miskin," katanya.
Menurut Bank Dunia, harga minyak yang rendah seharusnya mengendurkan tekanan kepada harga komoditas lainnya khususnya gas alam, pupuk, dan komoditas pangan.
Dengan demikian, harga pangan yang lebih murah seharusnya menguntungkan bagi warga miskin dunia, yang 70 persennya tinggal di negara-negara pengimpor minyak bumi.
Selain itu, harga minyak yang jatuh juga dinilai dapat menjadi pendorong guna mengurangi tingkat kemiskinan global karena pengeluaran yang dikeluarkan oleh negara terkait dengan subsidi BBM dapat dialihkan kepada berbagai program prorakyat miskin.