REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT. Krakatau Steel mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) 2015 sebesar 77 persen dari jumlah total 551 juta dolar AS untuk pengembangan pabrik baja. Ekspansi ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi dari 4,65 juta ton pada 2015 menjadi 7,15 juta ton pada 2017.
Sekretaris Perusahaan PT. Krakatau Steel lip Arief Budiman mengatakan, ekspansi yang dilakukan sepanjang 2014 telah membuahkan hasil positif yakni semakin membesarnya pangsa pasar baja perseroan. Dalam kurun waktu 2013 sampai 2014, pangsa pasar untuk baja canai panas naik dari 41 persen menjadi 44 persen.
"Produksi HRC juga naik 2,7 persen menjadi 1,87 juta ton dengan utilisasi meningkat sebesar dua persen menjadi 78 persen," ujar Arief dalam siaran pers yang diterima Republika, Rabu (1/4).
Alokasi belanja modal tersebut digunakan untuk proyek investasi PT. Krakatau Steel Induk sebesar 443 juta dolar AS, dan untuk proyek investasi anak perusahaan sebesar 57 juta dolar AS. Sedangkan, sisanya untuk penyertaan modal pada anak perusahaan dan perusahaan patungan sebesar 51 juta dolar AS, termasuk untuk PT. Krakatau Nippon Steel Sumikin (KNSS) dan PT. Krakatau Osaka Steel (KOS).
Pabrik KNSS rencananya didirikan di Cilegon dengan modal yang disetor sebesar 142 juta dolar AS. Nipon Steel & Sumitomo Metal Corporation memiliki 80 persen kepemilikan KNSS, sementara PT. Krakatau Steel mempunyai 20 persen. Perkiraan nilai investasi untuk pendirian fasilitas produksi sekitar 300 juta dolar AS dan akan menyerap 280 tenaga kerja.
Bisnis utama KNSS yakni memproduksi dan memasarkan produk baja lembaran berupa annealed cold rolled steel dan hot dip galvanized untuk keperluan otomotif. Kapasitas produksinya mencapai 480 ribu metrik ton per tahun, dan diperkirakan akan berproduksi pada pertengahan 2017. Sedangkan PT. KOS akan dibangun di Kawasan Industri Krakatau Cilegon dengan menempati luas area 21,6 hektar dan modal disetor 70 juta dolar AS.
Nilai investasi untuk pembangunan PT.KOS mencapai 220 juta dolar AS dan dijadwalkan akan beroperasi pada 2016. Kapasitas produksinya sekitar 500 ribu ton per tahun dan akan menyerap tenaga kerja sekitar 170 orang.
Arief mengatakan, pada 2016 alokasi capex yang direncanakan akan turun menjadi 51 persen menjadi 271 juta dolar AS. Penurunan capex juga berlanjut pada 2017 menjadi 169 dolar AS atau turun 38 persen dari rencana anggaaran. Tujuan ekspansi yang kami lakukan adalah untuk meningkatkan rasio produksi dari 322 ton per orang per tahun pada 2007 menjadi 1.088 ton per orang per tahun pada 2017 mendatang.
"Kami juga melakukan pengendalian capex, yakni selektif untuk proyek-proyek yang memang sangat dibutuhkan untuk kemajuan PT. Krakatau Steel dan pendanaannya sudah ada," kata Arief.
Salah satu bentuk ekspansi yang dilakukan PT. Krakatau Steel adalah pembangunan pabrik Blast Furnace yang akan selesai pada semester II tahun ini. Pabrik Blast Furnace tersebut memiliki kapasitas 1,2 juta ton pertahun dan progress pembangunannya sudah mencapai 83 persen.
Bila sudah beroperasi secara penuh blast furnace berfungsi untuk menurunkan biaya bahan baku, mengurangi konsumsi listrik, serta menyeimbangkan fasilitas produksi hulu dan hilir. Dengan adanya blast furnace yang menghasilkan hot metal untuk proses pembuatan baja, maka diharapkan dapat menurunkan biaya produksi sebesar 60 sampai 80 dolar AS per ton.
"Dengan langkah dan upaya manajemen tersebut diharapkan kondisi keuangan akan membaik di masa depan," kata Arief
Untuk program ekspansi saat ini sedang dibangun Hot Strip Mill (HSM) #2 dengan kapasitas 1,5 juta ton per tahun, sehingga total kapsitas HSM menjadi 3,9 juta ton per tahun. Sedangkan pengembangan di anak usaha yang telah diselesaikan adalah pengembangan kapasitas pelabuhan dari 10 juta ton per tahun menjadi 25 juta ton pertahun, dan pengembangan kapasitas suplai air dari 1200 liter/detik menjadi 1800 liter/detik. Selain itu, ada pula pembangunan pabrik pipa baja ERW #2 dengan kapasitas 115 ribu ton per tahun, sehingga kapasitas total pabrik pipa baja menjadi 233 ribu ton per tahun.