Rabu 25 Mar 2015 21:00 WIB

Soal Impor Gula, Petani Tebu Akan Menghadap Jokowi

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petani tebu di Kandat, Kabupaten, Kediri mengaku merugi karena rendahnya harga tebu.
Foto: Antara
Petani tebu di Kandat, Kabupaten, Kediri mengaku merugi karena rendahnya harga tebu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekjen Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) M. Nur Khabsyin mengatakan, rencana impor gula yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan akan mempengaruhi harga gula di petani. Padahal, pada Mei 2015 petani tebu akan mulai memasuki musim giling.

"Apabila ada impor saat musim giling harganya bisa anjlok di bawah HPP," ujar Nur dalam pesan singkatnya, Rabu (25/3).

Nur mengatakan, berdasarkan hitungan APTRI, kebutuhan raw sugar di Indonesia hanya sekitar 2,1 juta ton atau setara 2 juta ton gula rafinasi. Sementara berdasarkan data Kementerian Perdagangan kuota impor raw sugar untuk 2015 sebesar 2,8 juta ton.

Nur mengatakan, kelebihan kuota tersebut dapat memicu adanya kebocoran gula rafinasi."Terbukti pada 2014 ada kebocoran, berarti kebutuhan riil tidak sampai 2,8 juta ton," kata Nur.

Atas dasar itu APTRI, ujar dia, akan menghadap Presiden Joko Widodo untuk melaporkan rencana impor tersebut. Karena menurut dia kebijakan ini tak berpihak pada industri gula nasional yang berbasis tebu. "Kami akan menghadap Presiden," ucap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement