Senin 23 Mar 2015 17:53 WIB

Pemerintah Wajibkan Biofuel 15 Persen, Harga Keekonomian Solar Naik

Rep: c85/ Red: Satya Festiani
Biofuel (ilustrasi)
Biofuel (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebijakan pemerintah untuk mewajibkan pemanfaatan bahan bakar nabati atau biofuel sebesar 15 persen untuk BBM jenis solar membuat harga keekonomian solar naik Rp 675 per liter. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Ridha Mulyana saat mendampingi Menteri ESDM Sudirman Said meresmikan mandatory penggunaan biofuel 15 persen untuk per 1 April nanti.

Ridha menjelaskan, penggunaan biofuel 15 persen untuk solar akan membuat harga keekonomian solar lebih mahal. Namun dia menegaskan bahwa selisih harga keekonomian akan ditanggung oleh pemerintah.

"Akan ditanggung oleh pemerintah. Pemerintah dan pengusaha sawit sepakat untuk menanggung bersama. Istilahnya digendong bersama. Kami sudah ketemu dengan pengusaha," jelas Ridha, Senin (23/3).

Ridha menambahkan, Pemerintah sudah membuat kesepakatan dengan pengusaha terkait penanggungan selisih harga keekonomian ini. Salah satu caranya, ujar Ridha, adalah dengan pengenaan bea keluar ekspor CPO atau minyak sawit mentah.

"Pemerintah juga akan merevisi Harga Ideks Pasar (HIP) bio diesel yang sebelumnya formulanya HPE CPO + 188 dolar AS per ton menjadi CPO + 125 dolar AS per ton.

"Hal ini akan menurunkan selisih BBM dan BBN," ujar Ridha.

Sebelumnya, pemerintah mulai mewajibkan pemanfaatan biofuel dengan porsi 15 persen. Kebijakan ini dijalankan sebagai salah satu upaya untuk menekan impor BBM dan meningkatkan produksi Crude Palm Oil atau minyak kelapa sawit.

"Ini fundamental change, kalo kita capai 15 persen saja, ketergantungan impor akan hemat, kita akan bertumpu kemampuan sendiri menghasilkan fuel. Employment akan naik, demand terhadap porsi pangan naik, pajak juga naik," jelas Sudirman saat meresmikan mandatori bahan bakar nabati 15 persen, Senin (23/3).

Sudirman juga menjelaskan, mandatory ini akan berdampak baik pada serapan produksi CPO dalam negeri, dengan dampak akhirnya akan menekan impor BBM sebesar 1,6 juta kilo liter BBM.

"Implikasi cukup luas baik dari segi serapan market, pasar biofuel CPO di dalam negeri. Ekspor CPO, akan diisukan juga terhadap penguatan rupiah," ujar Sudirman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement